TEMPO.CO, Kolombo — Kelompok garis keras Sri Lanka, Bodu Bala Sena, Senin, 18 Februari 2013 menggelar unjuk rasa di ibu kota Kolombo menuntut pencabutan label halal dari produk-produk makanan di negara tersebut. Ribuan orang pendukung kelompok sayap kanan Buddha tersebut mendesak agar pemerintah melarang sertifikasi halal dalam produk olahan makanan.
“Sekitar 90 persen populasi Sri Lanka adalah Buddha, Hindu, dan Kristen. Jadi, tidak ada kewajiban bagi mereka untuk memakan produk halal,” kata Kirama Wimala Jothi, biksu yang memimpin unjuk rasa. Ia juga mendesak agar seluruh produk olahan makanan halal harus dikeluarkan dari toko bangan pangan paling lambat April mendatang.
Sejumlah pemuda yang mengikuti unjuk rasa menggunakan kaos putih dengan tulisan HALAL dicoret. Mereka menegaskan praktek penyembelihan hewan secara Islam sangat kejam.
Selain masalah halal, massa juga meneriakkan protes anti-sektarian terhadap umat muslim dan Kristen. Sekretaris Jenderal Bodu Bala Sena, Venerable Galaboda Aththe Gnanasara, menyatakan umat Buddha Sri Lanka kini terancam oleh aksi ekstrimisme Islam dan Kristen. “Negara kami adalah Sinhala dan kami adalah polisinya. Ratusan biksu akan siap berjuang melawan mereka,” Vebnerable menegaskan.
Ketegangan sektarian terhadap kaum minoritas semakin meningkat di Sri Lanka beberapa pekan terakhir. Sejumlah masjid dan usaha milik umat Muslim dirusak. Perlakuan serupa juga terjadi pada gereja yang dirusak massa di sejumlah wilayah.
Aksi unjuk rasa ini berlangsung setelah tiga pekan lalu Presiden Mahinda Rajapakse mendesak para pemimpin spiritual Buddha agar tidak menebar kebencian terhadap kaum minoritas yang dapat memancing kekerasan terhadap umat muslim dan umat minoritas lain.
Aksi ini memancing kemarahan umat muslim Sri Lanka yang berjumlah 20 persen dari total 20 juta rakyat. “Ketegangan sektarian antara Sinhala dan muslim siap meledak kapan saja,” ujar Mujeebur Rahuman, politikus partai oposisi, Nasional Bersatu.
BBC | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita terpopuler lainnya:
Bikin Kisruh, Megawati Pecat Peni Suparto
Ahok Nilai Jokowi Kurang Galak
Ini Bukti Anas Tidak Mencicil Toyota Harrier
Cerita Roy Suryo Soal Rapat dengan Anas dan SBY
Ahok Ajarkan Dobrak Pintu Rusun Marunda
Tujuh Partai Bergabung dengan PAN
Sebab Meteor Rusia Tak Terdeteksi
Berita terkait
Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina
13 Mei 2017
Sri Lanka tidak mungkin memberikan izin perbaikan kapal selam Cina, mengingat kekhawatiran India.
Baca SelengkapnyaBunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap
21 Februari 2017
Polisi Sri Lanka menangkap lima anggota intelijen militer yang diduga membunuh editor suratkabar terkemuka negara itu dan jurnalis lainnya.
Baca SelengkapnyaUnjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka
8 Januari 2017
Unjuk rasa protes rencana pemerintah Sri Lanka membangun zona industri para investor Cina di atas lahan warga seluas 6,07 hektar.
Baca SelengkapnyaWHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria
5 September 2016
Sri Lanka jadi negara kedua yang bebas malaria setelah Maladewa di wilayah kerja WHO kawasan Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaTanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas
18 Mei 2016
Hampir 400 orang dikhawatirkan tewas terkubur tanah longsor, yang dipicu hujan lebat selama tiga hari di Sri Lanka.
Baca SelengkapnyaBatu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka
6 Januari 2016
Batu safir bintang biru yang ditemukan di sebuah tambang dekat Kota Ratnapura, Sri Lanka, bernilai sekitar US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun).
Baca SelengkapnyaPemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas
31 Juli 2015
Tragedi itu adalah tindakan kekerasan politik besar pertama yang terjadi sebelum pemilihan anggota parlemen.
Baca SelengkapnyaSri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik
20 Januari 2015
Pejabat intelijen India itu diduga mendukung kampanye pemilu oposisi dari balik layar.
Baca SelengkapnyaHormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana
17 Januari 2015
572 narapidana yang ditangkap karena pelanggaran ringan.
Baca SelengkapnyaIntoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka
13 Januari 2015
Paus dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan umat lintas agama, termasuk perwakilan umat Budha yang moderat.
Baca Selengkapnya