TEMPO.CO, Newtown - "Dia berlari, dengan sekujur tubuh berlumuran darah," pastor Jim Solomon, seorang saksi mata penembakan di SD Sandy Brook di Connecticut, menceritakan. "Kalau dia tak melakukannya, dia sudah mati."
Hasil identifikasi aparat kepolisian kemudian menyatakan, seluruh teman sekelasnya tewas. Bocah 6 tahun yang namanya dirahasiakan karena alasan privasi itu kini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Sang bocah yang masih trauma ini tak mau berbicara dengan siapapun, kecuali ibunya. Ia berkali-kali meyakinkan sang ibu, "Aku baik-baik saja, mom," ujar Solomon menceritakan.
Menurut ibunya, trauma psikisnya sangat dalam. "Ia menderita tekanan batin, karena merasa bersalah tak bisa berbuat apapun untuk menolong teman-temannya," katanya.
Ucapan dukacita masih terus berdatangan ke sekolah itu dari berbagai belahan dunia. Sebagian besar adalah dari pendidik. "Semoga Allah menguatkan keluarga korban, dan para 'malaikat' kecil mereka beristirahat dalam damai di surga," kata Ghulam Murtaza, seorang guru dari Pakistan.
Dari Lithuania, seorang guru yang menyebut dirinya hanya dengan nama Veronika menyatakan mengirimkan segenap doa dan cinta bagi keluarga korban penembakan Connecticut. "Hati saya ada di Newtown. Tuhan memberkati Anda semua," ujarnya.
Sekolah ini kehilangan 26 orang akibat penembakan brutal yang dilakukan Adam Lanza. Pria 20 tahun ini membawa dua senapan dan memberondongkan peluru pada tiap-tiap ruangan. Penembakan Connecticut dianggap sebagai yang terburuk karena sebagian besar korbannya adalah anak-anak berusia 6 dan 7 tahun.
ABC | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya