TEMPO.CO, Newtown - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengungkapkan kesedihannya dalam kunjungannya ke Newtown, sehari setelah penembakan massal di Connecticut yang menewaskan 20 siswa sekolah dasar dan enam orang lainnya. Ia menyatakan bahwa negara gagal menjaga rasa aman anak-anak. Ia menjanjikan adanya perubahan setelah insiden ini.
"Pilihan apa yang kita miliki?" kata Obama dengan nada tanya. "Apakah kita benar-benar siap untuk mengatakan bahwa kita tidak berdaya dalam menghadapi pembantaian tersebut, bahwa politik yang terlalu keras (untuk mengubah kebijakan kepemilikan senjata api)?"
Obama mengakui bahwa tidak ada kata-kata yang pas untuk menyatakan kesedihan yang mendalam. Tapi, dia menyatakan kepada masyarakat Newtown, "Anda tidak sendirian."
Pembantaian yang menewaskan 26 orang di SD Sandy Hook pada Jumat lalu tak hanya menghentak publik AS, tapi juga seluruh dunia. Debat politik baru tentang kontrol senjata menyeruak. Yang lain menyoroti motif pelaku sebelum beraksi.
Secara pribadi, Obama mengatakan kepada Gubernur Connecticut Dannel Malloy bahwa Jumat adalah hari yang paling sulit selama ia menjadi presiden.
AP | TRIP B
Berita lain:
Ryan Lanza Kaget Aksi Penembakan Maut Connecticut
Obama Menangisi Tragedi Penembakan Maut
Ibu Terduga Penembak Maut Kolektor Senjata
Terduga Penembak Maut Suka Main PlayStation
Penembak Maut, Jack Reacher Batal Tayang Perdana
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya