Topan Sandy Picu Kolera dan Kelaparan di Haiti

Reporter

Editor

Pruwanto

Rabu, 31 Oktober 2012 11:37 WIB

Seorang pasien penderita Kolera memegang rekam medisnya di Pusat Perawatan Kolera di Carrefour, Port-au-Prince, Haiti, (7/6). REUTERS/Swoan Parker

TEMPO.CO, Port Au Prince - Badai Sandy tak hanya menghancurkan kota-kota besar di Amerika Serikat. Haiti, sebuah negara kepulauan berada di kawasan Karibia, pun tak lepas terkena imbas badai yang dikenal dengan nama Frankenstrom ini (Baca: Nama Badai Sandy Diusulkan untuk Diubah).

Pemerintah Haiti, seperti yang dikutip dari Washington Post, menyatakan 70 persen ladang pertanian di kawasan selatan rusak akibat Sandy. Tak hanya lahan pertanian, ratusan ternak dikabarkan mati akibat badai yang menghentak pada 29-30 Oktober 2012 di Amerika Serikat itu. Menteri Pertanian Haiti, Jean Debalio Jean-Jacques, menuturkan belum ada data resmi besar kerugian akibat badai. Tapi yang jelas, banyak petani miskin akan tidak memiliki stok makanan karena dampak badai.

Mata dari badai Sandy melewati kawasan barat Haiti pada malam 24 Oktober. Hujan lebat yang menyebabkan banjir hingga 20 inci terjadi dalam 24 jam terakhir sebelum badai menyentuh Amerika Serikat. Pemerintah setempat melaporkan badai telah menewaskan 52 orang, angka tertinggi korban Sandy di kawasan Karibia.

Dengan jumlah penduduk yang masih banyak berada di tenda pengungsian akibat gempa 2010, Haiti menjadi negara terparah terkena dampak Sandy. Saat Sandy menyapa, menurut The Guardian, 370 ribu warga masih tinggal di pengungsian. Ancaman pascabadai yang lebih buruk lagi adalah kolera dan krisis pangan.

"Warga Haiti masih berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal layak, tapi setiap bencana datang, usaha tersebut gagal lagi." ujar kepala kantor PBB di Haiti, Johan Paleman. Negara kecil ini selalu terkena bencana yang parah tiap ada badai. Akibatnya, dana kemanusiaan tergerus habis dari Rp 19 triliun (US$ 2 miliar) menjadi Rp 721 miliar (US$ 75 juta).

Menurut catatan pemerintah, ada 20 penduduk masih hilang. Selama empat hari ini, kawasan barat dan barat daya masih terendam air setinggi 50 sentimeter. Untuk mencegah penyakit pascabadai, OXFAM dan Palang Merah telah mendistribusikan peralatan kesehatan dan alat pemurnian air. Pemerintah bersama lembaga-lembaga bantuan juga telah menyiapkan makanan dan benih-benih tanaman pangan untuk bersiap menghadapi krisis pangan.

"Sandy sebenarnya adalah bencana kecil, tapi akan memberi dampak besar," ujar kepala perwakilan OXFAM di ibu kota Haiti, POrt-au-Prince. Hujan badai kemarin, kata dia, hanya menyisakan pohon jeruk. Tapi, dampaknya banyak orang yang akan kehilangan pendapatan dalam beberapa bulan ke depan.

Pemerintah Haiti telah memperingatkan warga tentang ancaman bencana dalam beberapa bulan ke depan. "Di bulan November tampaknya akan ada badai lagi," ujar ahli meteorologi lokal. Jadi, kata ahli tersebut, jika pemerintah tak segera tanggap, 2012 akan jadi tahun bencana bagi Haiti.

DIANING SARI

Berita Terpopuler

Badai Sandy, Semua Sekolah di New York Libur

Badai Sandy Juga Goncang Linimasa Twitter

Antara Sandy, Halloween, dan Frankenstorm

Bloomberg: Badai Sandy Kali Ini yang Terbesar

Angkatan Bersenjata Libya Gagal Kuasai Bani Walid

Kritik Pemerintah, Vietnam Penjarakan Penulis Lagu

Badai Sandy Padamkan Server

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya