Dua Obat Lagi Dikaitkan Wabah Meningitis di AS

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 16 Oktober 2012 18:07 WIB

Vaksin meningitis. ANTARA/Saptono

TEMPO.CO, Massachusetts - Dua jenis obat lagi, produksi perusahaan yang saat ini tengah diinvestigasi karena diduga terkait dengan wabah meningitis, kembali dicurigai menjadi penyebab merebaknya penyakit yang kini sudah tersebar di 15 negara bagian di Amerika Serikat.

The New England Compounding Center of Framingham, Massachusetts, sudah masuk dalam pengawasan yang sangat ketat sejak bulan lalu, ketika sebuah jamur diduga menjadi penyebab terjadinya wabah meningitis langka. Jamur ini dikaitkan dengan suntikan steroid yang digunakan untuk mengobati sakit punggung, yang diproduksi oleh perusahaan obat tersebut.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA), seperti dikutip dari CBS News yang mengambil dari AP, pada Senin lalu menelusuri laporan terinfeksinya tiga orang yang mendapatkan obat-obatan yang berbeda dari perusahaan itu. Salah seorang pasien yang kemungkinan terkena penyakit meningitis telah mendapatkan suntikan jenis lain dari suntikan steroid.

FDA juga menemukan dua pasien yang melakukan transplantasi jantung terinfeksi jamur setelah diberi obat-obatan yang diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan selama masa pembedahan.

FDA menambahkan, penyebab penyakit ini memang masih dalam investigasi dan bisa saja hati pasien yang melakukan transplantasi itu terinfeksi jamur dari sumber lain atau dari tempat tinggal ketiga pasien ini.

Berdasarkan data hingga Senin, 15 Oktober 2012, sudah 214 orang yang terkena meningitis di 15 negara bagian, termasuk 15 di antaranya meninggal dunia.

Selama beberapa pekan terakhir, para pejabat Kementerian Kesehatan meminta para dokter menghubungi pasien-pasien mereka yang telah mendapatkan suntikan steroid methylprednisolone acetate, yang diproduksi perusahaan obat di Massachusetts. Bahkan para dokter diminta menghubungi pasien yang telah mendapatkan suntikan jenis apa pun produksi pabrik ini, termasuk steroid dan obat-obatan lainnya, yang digunakan untuk operasi mata maupun jantung.

Pekan lalu, pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan, 12 ribu dari 14 ribu pasien yang pernah mendapatkan suntikan steroid berhasil dihubungi. Pasien-pasien ini pernah mendapat suntikan methylprednisolone acetate di klinik-klinik di 23 negara bagian.

Obat steroid ini sudah ditarik dari peredaran sejak bulan lalu. Perusahaan juga sudah menutup operasional pabrik serta menarik seluruh obat-obatan yang mereka produksi.

FDA saat ini tengah melakukan investigasi berdasarkan laporan terbaru, termasuk menyelidiki obat-obatan yang digunakan untuk bedah jantung dan jenis steroid kedua yang disebut triamcinolone acetonide.

Gejala-gejala meningitis ditandai dengan sakit kepala yang parah, mual dan muntah-muntah, serta demam tinggi. Pejabat Pusat Pengawasan Penyakit (Centers for Disease Control/CDC) menyebutkan, sebagian kasus hanya mengalami gejala ringan, tapi untuk beberapa kasus sampai mengalami stroke.

Menurut CDC, gejala meningitis akan muncul antara satu sampai empat minggu setelah pasien mendapat suntikan. Namun, ada satu pasien yang mendapatkan gejala itu setelah 42 hari disuntik.

CBSNEWS | GRACE S. GANDHI

Berita Lainnya:

''Monumen'' Kakus di Kampung Kelor
Kementerian Kesehatan Waspadai Penyakit di Kamboja

Penyakit yang Bunuh Charles Darwin Menyebar di AS

Racun Tomcat Hanya Timbulkan Iritasi

Tomcat Serang Pegawai Bandara Kupang

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya