TEMPO.CO, New York - Nasib nahas menimpa sembilan orang yang berada di sekitar Empire State Building, New York, Amerika Serikat, Jumat pagi, 24 Agustus 2012. Mereka diduga menjadi korban peluru nyasar kepolisian yang berusaha menghentikan aksi Jeffrey Johnson.
Kepolisian setempat tak menampik kemungkinan sembilan orang ini terluka karena tertembak peluru milik polisi. Namun, menurut mereka, tak ada korban yang terluka parah.
Polisi memperkirakan peluru yang mengenai sembilan korban luka ini berasal dari senjata milik dua polisi yang bertugas menghentikan aksi Johnson dengan menembakinya. Beberapa peluru kemungkinan memantul saat mengenai pot bunga yang berada di dekat salah satu gedung pencakar langit, yang juga merupakan obyek wisata favorit ini.
Penyidik sedang berusaha memastikan apakah Johnson menembak orang lain di luar targetnya, yaitu Steve Ercolino. Ia adalah seorang eksekutif yang bekerja di perusahaan aksesori wanita, Hazan Imports, tempat Johnson sempat bekerja sebagai desainer aksesori sebelum akhirnya dipecat.
Seorang saksi mata mengatakan melihat seorang teman perempuannya tergeletak di jalan dengan kondisi berdarah. "Dia shock," ujarnya berusaha tetap tenang saat mengantarkan temannya ke mobil ambulans yang datang. "Saya senang polisi menembaknya sampai mati.”
Jeffrey Johnson, mantan desainer aksesori, melepaskan tembakan dengan pistol kaliber 45 sekitar pukul 09.00 di 10 West 33rd Street, dekat Empire State Building. Tembakan ini menewaskan seorang rekan kerjanya. Polisi membalas tembakan yang kemudian menewaskan Johnson. Peristiwa ini juga melukai delapan orang lainnya yang berada dekat tempat kejadian. Namun, kabar terbaru menyebutkan korban luka sembilan orang.
REUTERS | MUNAWWAROH
Berita lain:
Sudah 200 Jasad Manusia Ditemukan di Kantor Xanana
Inilah Identitas Pelaku Penembakan Empire State
Penembak di Empire State Juga Tembaki Polisi
Penculik Bersenjata di Nigeria Bebaskan WNI
Baru Diresmikan, Jembatan Layang di Cina Ambruk
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya