TEMPO.CO , Berlin - Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan bahwa Jerman bisa menjadi bahan tertawaan jika gagal untuk membatalkan larangan sunat. Larangan ini membuat marah kalangan Muslim dan Yahudi di negeri itu.
Pemerintah Merkel telah mengkritik keputusan pengadilan Cologne dan berjanji membuat undang-undang baru untuk melindungi hak untuk menyunat bayi laki-laki. Namun pemimpin konservatif menggarisbawahi seberapa sensitif tuduhan intoleransi Jerman karena masa lalu Nazi-nya.
"Saya tidak ingin Jerman menjadi satu-satunya negara di dunia di mana orang Yahudi tidak bisa melakukan ritual mereka. Jika tidak bisa, kita akan menjadi bahan tertawaan," kata Merkel dalam pertemuan tertutup Partai Kristen Demokrat yang dipimpinnya, seperti dikutip harian Bild.
Joerg van Essen, pemimpin parlemen dari mitra koalisi Merkel mengatakan kepada koran Financial Times bahwa hukum baru akan diperkenalkan pada musim gugur.
Pengadilan Cologne, yang memutuskan larangan sunat terkait kasus seorang anak Muslim yang menderita pendarahan setelah sunat, mengatakan praktek itu membahayakan tubuh dan tidak boleh dilakukan pada anak laki-laki. Namun, praktik pada laki-laki dewasa diperkenankan.
Larangan ini tak hanya membuat kaum Muslim meradang, tapi juga umat yahudi negeri itu. Praktek keagamaan Yahudi mengharuskan anak laki-laki disunat sejak usia delapan hari.
Kelompok Yahudi dan Muslim menganggap pengadilan membatasi kebebasan beragama mereka. Namun putusan pengadilan juga didukung banyak pihak dari dalam dan luar negeri, antara lain dari Secular Medical Forum di Inggris
"Kami sangat terkejut bahwa kelompok agama menolak bahaya yang disebabkan oleh sunat dan pada klaim menyimpang dan tidak jujur yang dilakukan oleh mereka yang menentang keputusan pengadilan," Ketua forum, Dr Antony Lempert. "Kami mendesak Anda untuk tidak membiarkan pemerasan emosional seperti membujuk Anda untuk mengubah hukum atau mengkritik keputusan pengadilan."
REUTERS | TRIP B
Berita terkait
Jerman Akhirnya Jual 3 Kapal Selam ke Israel Meski Ada Bau Suap
24 Oktober 2017
Jerman sempat membekukan negosiasi rencana penjualan 3 kapal selam ke Israel pada Juli lalu gara-gara isu suap dan pencucian uang .
Baca SelengkapnyaCetak Sejarah Parlemen, Ini Pengaruh Partai Neo-Nazi di Jerman
26 September 2017
Partai yang dituding Neo-Nazi, AfD, mencetak sejarah dengan masuk parlemen atau Bundestag setelah meraih 13,5 persen suara dalam pemilu Jerman.
Baca SelengkapnyaMenang Pemilu, Angela Merkel Jadi Kanselir Jerman Terlama
25 September 2017
Angela Merkel menjadi kanselir terlama di sepanjang sejarah Jerman modern setelah partainya, CDU memenangkan pemilu kemarin.
Baca SelengkapnyaAfP, Partai Neo-Nazi Akhirnya Masuk Parlemen Jerman
25 September 2017
Partai?yang dituding neo-Nazi,?AfD,?mencetak sejarah dengan masuk Parlemen untuk pertama kali setelah mendapat 87 kursi dalam pemilu Jerman kemarin.
Baca SelengkapnyaAfP, Partai Neo-Nazi Akhirnya Masuk Parlemen Jerman
25 September 2017
Partai?yang dituding neo-Nazi,?AfD,?mencetak sejarah dengan masuk Parlemen untuk pertama kali setelah mendapat 87 kursi dalam pemilu Jerman kemarin.
Baca SelengkapnyaJerman Gelar Pemilu Hari Ini, Merkel Diperkirakan Lanjut Kanselir
24 September 2017
Merkel mendapat pesaing Schulz pada pemilu Jerman tahun ini.
Baca SelengkapnyaDitemukan Bom 1.400 Ton, 70 Ribu Warga Jerman Diungsikan
31 Agustus 2017
Hampir 70.000 penduduk di Frankfurt, Jerman diungsikan dari rumah mereka menyusul penemuan bom era Perang Dunia II seberat 1.400 ton.
Baca SelengkapnyaHormat ala Nazi, Turis Amerika Dipukul di Jerman
15 Agustus 2017
Turis asal Amerika Serikat yang sedang mabuk itu dipukuli orang karena memberi hormat ala Nazi di Jerman.
Baca SelengkapnyaPolisi Jerman Tahan Pencari Suaka Penusuk Warga di Hamburg
29 Juli 2017
Ahmad A., pencari suaka asal Uni Emirat Arab, diduga melakukan serangan karena hendak dideportasi dari Jerman.
Baca SelengkapnyaPerkenalkan, Masjid untuk Semua Muslim Berdiri di Jerman
17 Juni 2017
Masjid untuk semua muslim tanpa peduli Sunni, Syiah, transgender, maupun muslim tanpa penutup kepala dan wajah, didirikan di Berlin, Jerman.
Baca Selengkapnya