TEMPO.CO , Alaska - Hilang 60 tahun lalu bersama 52 penumpangnya, pesawat jenis C-124A Globemaster ditemukan di gletser Alaska. Pesawat itu hilang kontak pada tahun 1952 dan tak pernah ditemukan sejak saat itu.
Namun setidaknya dibutuhkan waktu enam tahun untuk memastikan apakah benar pesawat yang ditemukan adalah pesawat yang dimaksud. Pasalnya, para ahli forensik perlu untuk memproses sampel DNA dari keluarga dan membandingkannya dengan sisa-sisa korban.
Karakteristik pesawat yang ditemukan, kata Kapten Jamie Dobson dari militer AS, sama dengan pesawat yang jatuh 60 tahun lalu itu. Dia mengatakan, pesawat itu ditemukan di Glacier Colony, sekitar 40 km sebelah timur dari Anchorage.
Alaska National Guard menemukan reruntuhan pada tanggal 10 Juni dan Joint POW/MIA Accounting Command dipanggil untuk melihat kondisinya, menurut siaran pers dari JPAC, yang mengkhususkan diri dalam menemukan tentara yang hilang dari konflik masa lalu dan membawa mereka pulang kembali.
Tim menemukan peralatan pendukung pehidupan dan tulang-belulang manusia.
Menurut Associated Press, pesawat itu berasal dari McChord Air Force Base di negara bagian Washington sebelum menjadi pesawat Angkatan Udara ketiga terbesaryang lenyap di Alaska pada bulan November 1952.
Puing-puing itu ditemukan 12 mil dari lokasi diduga kecelakaan terjadi. Hal ini kemungkinan karena medan es bermigrasi selama enam dekade terakhir, kata Dobson.
Laporan Anchorage Daily News menyebut, pesawat, kemudian dijuluki Old Shaky, mengeluarkan panggilan darurat sebelum dinyatakan hilang. Kalimat terakhir yang dikatakan pilot adalah, "Jika kami harus mendarat, maka kami akan mendarat di sini."
AP | TRIP B
Berita Terkini
Empat Relawan Asing di Kenya Diculik
Pemerintah Ajukan Pinjaman Siaga Rp 51,7 Triliun
GMF Tambah Kemampuan Perawatan Landing Gear
Palsukan Kantong, Gudang Semen Bosowa Disegel
Prandelli Ogah Pikirkan Masa Depan
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya