TEMPO.CO, Chicago - Presiden Barack Obama berjuang menyeimbangkan hubungan Amerika Serikat dengan dua negara krusial tetapi sekutu yang sulit, Pakistan dan Afganistan, pada Ahad, 20 Mei 2012 waktu Chicago, Amerika Serikat, dalam Konferensi Tingkat Tinggi NATO. Hal itu dilakukan setelah sebuah kesepakatan buat membuka jalur suplai lewat Pakistan ke Afganistan gagal dicapai sebelum Obama memulai perundingan untuk mengakhiri peran aliansi dalam pertempuran di perang Afganistan.
Dalam dua hari KTT NATO, Obama kembali berhadapan dengan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, menolak bertemu dengannya tanpa sebuah kesepakatan terhadap rute suplai. Para pejabat kedua negara mengakui hal itu tidak akan dibahas dalam waktu dekat.
Zardari, yang terbang ke Chicago dengan harapan untuk menyingkirkan kekikukan dengan sebuah pertemuan bersama Obama, tampaknya bersiap dengan tangan hampa, seiring dua negeri terus merasa terusik akibat serangan udara fatal Amerika pada November lalu. Obama pernah menyatakan penyesalan, tetapi bukan minta maaf seperti yang dituntut warga Pakistan. Namun Zardari sempat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton untuk berdiskusi soal rute suplai.
"Rincian dari seluruh hubungan antara Amerika Serikat dan Pakistan telah menuju ke suatu fiksasi masalah permintaan maaf," kata Vali Nasr, seorang mantan penasihat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, soal Pakistan. Kombinasi tidak ada maaf dan tidak ada pertemuan, menurut Nasr, adalah "akan mengirim sebuah pesan memalukan kembali kepada Pakistan".
Sebelumnya, Presiden Barack Obama dan sekutu NATO mengumumkan bahwa akhir dari perang panjang dan tidak populer di Afganistan terlihat bahkan ketika mereka berjuang untuk mempertahankan kekuatan tempur bersama-sama.
Dari kampung kelahiran dan kota di mana dia memulai usaha untuk terpilih kembali, Obama berbicara pasca-2014, bahwa "perang Afganistan kita pahami sudah selesai". Sampai saat itu, terdapat sisa beberapa ribu pasukan Sekutu, menghadapi kemungkinan pertempuran sengit.
THE NEW YORK TIMES | AP | DWI ARJANTO
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya