Diperkosa di Akademi Militer, Dua Kadet Menggugat  

Reporter

Editor

Sabtu, 21 April 2012 12:59 WIB

Wisuda taruna Angkatan Darat di West Point

TEMPO.CO , Washington - Dua perempuan yang mengaku diperkosa saat menuntut ilmu di akademi militer Amerika Serikat menggugat pejabat militer di negeri itu. Keduanya menuduh mereka gagal mengatasi masalah meluasnya kekerasan seksual di sekolah elite itu.

Dalam gugatan yang diajukan di Pengadilan Federal Manhattan, kedua wanita itu mengatakan Akademi Angkatan Laut di Annapolis, Maryland, dan Akademi Angkatan Darat di West Point, New York, menoleransi kekerasan seksual dan mencegah korban serangan untuk melapor.

"Kedua lembaga secara sistematis dan berulang kali mengabaikan pelecehan seksual yang merajalela," kata gugatan yang diajukan oleh Lea Marquet, 20 tahun, dan Anne Kendzior (22). "Kedua lembaga memiliki riwayat gagal untuk menuntut dan menghukum mereka siswa yang terbukti secara seksual melecehkan dan memperkosa sesama siswa mereka."

Dalam gugatan itu Marquet, seorang mantan kadet West Point, mengatakan ia dibujuk oleh para seniornya untuk mabuk dan diperkosa saat tak sadarkan diri. Setelah dia melaporkan serangan, siswa lain mengejeknya. Bahkan belakangan pihak akademi malah menghukumnya. Dia berhenti dari West Point setelah mencoba bunuh diri.

Kendzior, yang masuk Akademi Angkatan Laut tahun 2008, mengatakan dia diperkosa dua kali oleh dua rekan mahasiswa yang berbeda. Hal itu juga dilakukan padanya saat dia mabuk. Kendzior menuduh Akademi Angkatan Laut memaksa dia keluar setelah ia melaporkan pemerkosaan ke konselor akademi.

Gugatan diajukan antara lain kepada mantan Menteri Pertahanan Robert Gates dan empat pejabat militer lainnya yang dianggap gagal melaksanakan langkah-langkah melawan serangan seksual di sekolah militer. Jumlah ganti rugi tak disebutkan dalam gugatan mereka.

Juru bicara Akademi Angkatan Laut, William Marks, menolak mengomentari gugatan itu. Namun ia mengatakan akademi mengambil setiap laporan kekerasan seksual yang diduga "sangat serius" dan melakukan program advokasi.

Pejabat di West Point mengatakan mereka tidak bisa mengomentari tuntutan hukum, tapi menyatakan isu pelecehan seksual bagi mereka "sangat serius". "Setiap laporan yang tidak terbatas kekerasan seksual diselidiki secara menyeluruh, hasil penyelidikan yang ditinjau oleh ahli hukum dan tindakan yang tepat segera diambil," kata Letkol Sherri Reed, juru bicara akademi itu.

Para pejabat di Pentagon belum memberikan komentar atas gugatan itu.

TRIP B | REUTERS

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya