TEMPO.CO, Kolombia - Kelakuan pengawal Presiden Amerika Serikat Barack Obama membuat malu sang Presiden. Sebab, selama kunjungan ke Kolombia, sebanyak 12 orang Secret Service ketahuan "jajan" pekerja seks komersial.
Menurut theaustralian, Obama dijadwalkan mengikuti pertemuan khusus dengan sejumlah pemimpin Amerika Latin di sebuah hotel di Kartagena, kawasan wisata di Kolombia. Ruang pertemuan dengan para pemimpin Amerika Latin ternyata sebelumnya adalah ruang yang sama yang digunakan Secret Service untuk menerima para PSK.
Para Secret Service memang datang lebih dulu ketimbang Presiden pada Rabu, 11 April 2012. Mereka masih berstatus bebas tugas (off-duty). Selama masa itu, sebanyak 12 agen menyewa PSK Kolumbia dan mengajaknya berpesta di hotel. Sebenarnya mereka itu bukan pengawal ring 1 Obama.
Ternyata terjadi percekcokan dengan salah satu PSK gara-gara masalah pembayaran. Percekcokan itu membuat manajemen hotel turun. Akibatnya, terkuaklah skandal pemesanan PSK.
Prosedur itu menyalahi protokol keamanan Presiden. Sebab, meskipun para agen sedang bebas tugas, bukan berarti mereka bisa menggunakan ruang pertemuan yang sama dengan para pemimpin dunia. Kejadian tersebut tak pelak menjadi sebuah skandal terbesar selama 142 tahun sejarah pengawal Presiden Amerika.
"Apa yang terjadi di Kolombia kini masih diinvestigasi Direktur Secret Service," ujar Obama, Senin, 16 April 2012.
Menurut Direktur Asisten Agensi Secret Service Paul Morrissey, agensinya tidak akan mentolerir kesalahan pribadi. "Kejadian kemarin tidak merefleksikan perilaku tim kami selama perjalanan ke luar negeri," ujar dia pada Sabtu lalu. Morrissey meminta maaf atas perilaku anak buahnya itu. "Kami menyesal atas gangguan selama KTT Amerika ini."
THE AUSTRALIAN | CNN | DIANING SARI
Berita Terkait
Skandal Seks Pengawal Obama Terancam Meluas
Cekcok Soal Kuba di KTT Amerika
Obama 'Marah' Jika Skandal Jajan PSK Terbukti
Kasus Secret Service AS 'Jajan' Bukan yang Pertama
Ini Penyebab Kasus 'Jajan' Pengawal Obama Terkuak
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya