TEMPO.CO Washington - Amerika Serikat mengamini sikap Cina yang menyambut baik keputusan Korea Utara melakukan moratorium program pengayaan uranium dan uji coba senjata nuklir.
Juru bicara Gedung Putih, Jau Carney, mengatakan sikap tersebut merupakan "langkah positif" bagi pengurangan program nuklir di kawasan Semenanjung Korea. Keputusan ini menyusul hasil pembicaraan para diplomat Amerika Serikat dan Korea Utara di Beijing pekan lalu.
Usai kedua utusan negara bersepakat soal penundaan uji coba nuklir, Amerika Serikat langsung mengumumkan bantuan 240 ribu ton bahan makanan ke Korea Utara.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri di Pyongyang, Rabu, 29 Februari 2012, Korea Utara membenarkan bahwa negaranya menunda uii coba nuklir menyusul pertemuannya dengan utusan Amerika Serikat di Beijing.
Salah satu butir pernyataan yang jatuh ke media massa berbunyi, penundaan itu bertujuan untuk membangun saling kepercayaan antara dua negara dan demi perundingan lanjutan.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, Pyongyang juga telah bersepakat mengijinkan inspektur PBB memonitor reaktor nuklir yang ada di Yongbyon.
"Ada langkah konkret yang kami anggap sebagai langkah positif menuju pengurangan program nuklir di Semananjung Korea demi perdamaian," kata Carney. "Namun demikian, ini perlu diikuti dengan tindakan nyata," katanya.
Pengumuman penundaan uji coba nuklir dan penundaan pengayaan uranium ini disampaikan setelah dua bulan masa kepemimpinan Kim Jong-un menyusul kematian orang tuanya Kim Jong-il. Di samping itu, jelas koresponden BBC di Beijing, sikap tersebut terkait dengan pertemuan enam negara di Beijing yang dihadiri oleh Korea Utara, Korea Selatan, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Cina.
CHOIRUL | BBC | REUTERS
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya