Ketegangan Ancam Perdamaian Pakistan dan Taliban

Reporter

Editor

Senin, 4 Mei 2009 08:31 WIB

TEMPO Interaktif, Islamabad: Tentara Pakistan dan Taliban saling menyalahkan hari Minggu atas meningkatnya ketegangan yang mengancam perjanjian damai keduanya. Hal ini terjadi beberapa hari sebelum Presiden Pakistan berangkat ke Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Barack Obama.

Tentara Pakistan menuduh militan di Lembah Swat melakukan perampasan, menyerang infrastruktur, dan membunuh seorang tentara. Sebaliknya, juru bicara Taliban mengatakan militan akan memulai patroli di kota utama Swat dan mengakui mereka telah menyembelih dua tentara sebagai pembalasan atas pembunuhan dua militan.

Apa yang terjadi pada perjanjian damai itu kemungkinan yang akan menjadi pembicaraan antara Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Obama akhir minggu ini. Zardari diperkirakan akan meminta dana lebih banyak untuk membantu Pakistan memulihkan perekonomiannya dan membiayai pasukan keamanan yang kekurangan peralatan.

Di bawah perjanjian damai bulan Februari, Pemerintah Pakistan menyetujui untuk menerapkan hukum Islam di wilayah yang merupakan Divisi Malakand itu dengan harapan militan akan meletakkan senjata mereka.

Tetapi, Taliban di Swat semakin berani, dan mereka segera memasuki wilayah Buner yang terdekat untuk menerapkan hukum Islam.

Pakistan bersikeras menggunakan negosiasi dalam mengatasi masalah di perbatasan itu. Pendekatan itu menjadi kekhawatiran pejabat Amerika, yang memperingatkan bahwa perjanjian damai akan memberi ruang dan waktu bagi militan untuk memperkuat diri.

Taliban dan pejuang Al Qaidah telah memiliki benteng-benteng di sepanjang perbatasan Pakistan untuk melakukan serangan terhadap pasukan Amerika dan NATO di sekitar Afganistan, dan pemimpin Amerika tidak menginginkan Swat menjadi tempat perlindungan bagi militan.

Pada hari Minggu, Taliban memulai patroli di Mingora, kota utama di lembah itu, sebagai respons atas patroli militer, kata juru bicara Taliban Muslim Khan.

"Kami tidak melanggar perjanjian damai. Pemerintah dan pasukan keamanan yang melakukan itu. Kami telah memulai patroli bersenjata sebagai respons terhadap patroli pasukan keamanan. Kami akan terus melakukannya jika mereka melakukan hal serupa, dan kami akan menghentikannya jika mereka juga berhenti. Kami berhak mempertahankan diri kami," ujarnya.

AP | ERWIN Z

Berita terkait

Kenapa Amerika Gagal di Afghanistan, Menurut Mantan Pejabat Hingga Veteran AS

23 Agustus 2021

Kenapa Amerika Gagal di Afghanistan, Menurut Mantan Pejabat Hingga Veteran AS

Amerika Serikat telah mengucurkan dukungan keuangan masif dan pasukan ke Afghanistan. Lantas kenapa gagal memenangkan perang setelah 20 tahun?

Baca Selengkapnya

241 Ribu Orang Tewas Sejak Amerika Serikat Perangi Taliban

22 Agustus 2021

241 Ribu Orang Tewas Sejak Amerika Serikat Perangi Taliban

Selama 20 tahun Amerika Serikat memerangi Taliban, ratusan ribu orang baik prajurit maupun warga sipil tewas di Afganistan dan Pakistan

Baca Selengkapnya

20 Tahun Perangi Taliban, Amerika Serikat Habiskan Rp 31 Ribu Triliun

22 Agustus 2021

20 Tahun Perangi Taliban, Amerika Serikat Habiskan Rp 31 Ribu Triliun

Uang yang Amerika Serikat keluarkan setara dengan membagikan Rp 116 juta bagi 271 juta penduduk Indonesia

Baca Selengkapnya

Reuters/Ipsos: Popularitas Joe Biden di Level Terendah Usai Kemenangan Taliban

18 Agustus 2021

Reuters/Ipsos: Popularitas Joe Biden di Level Terendah Usai Kemenangan Taliban

Peringkat persetujuan Presiden Joe Biden mencapai level terendah sejak menjabat setelah pemerintah Afganistan dukungan AS runtuh oleh Taliban.

Baca Selengkapnya

Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan

18 Agustus 2021

Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan

Taliban menguasai Afganistan hanya beberapa hari dan bahkan nyaris tanpa perlawanan dari pasukan pemerintah. Apa faktor kemenangan mulus Taliban?

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Risiko Lumpuh Wajah Vaksin Sinovac Hingga Kemenangan Taliban

18 Agustus 2021

Top 3 Dunia: Risiko Lumpuh Wajah Vaksin Sinovac Hingga Kemenangan Taliban

Tiga berita terpopuler dunia pada 17 Agustus 2021 yakni risiko lumpuh wajah vaksin Sinovac hingga karier politik Joe Biden terancam karena Taliban.

Baca Selengkapnya

Pendiri Taliban Mullah Baradar Dikabarkan Akan Kembali ke Afganistan

17 Agustus 2021

Pendiri Taliban Mullah Baradar Dikabarkan Akan Kembali ke Afganistan

Pendiri Taliban Mullah Baradar dikabarkan akan pulang ke Afganistan setelah 20 tahun tidak pernah menginjakkan kaki di negara itu.

Baca Selengkapnya

40.000 Orang Terluka Selama Pertempuran di Afganistan Sejak Juni

17 Agustus 2021

40.000 Orang Terluka Selama Pertempuran di Afganistan Sejak Juni

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan 40.000 orang lebih yang terluka selama pertempuran di Afganistan telah dirawat sejak Juni.

Baca Selengkapnya

Wakil Presiden Afganistan Amrullah Saleh Ajak Rakyat Bergabung Melawan Taliban

17 Agustus 2021

Wakil Presiden Afganistan Amrullah Saleh Ajak Rakyat Bergabung Melawan Taliban

Wakil presiden pemerintahan Afganistan yang digulingkan, Amrullah Saleh, meminta warga negaranya untuk bergabung dalam perlawanan menentang Taliban.

Baca Selengkapnya

Mengenang Momen Jokowi Kunjungi Afganistan di Tengah Serangan Taliban

17 Agustus 2021

Mengenang Momen Jokowi Kunjungi Afganistan di Tengah Serangan Taliban

Beberapa jam sebelum Jokowi mendarat ada penyerangan ke Akademi Militer di Afganistan.

Baca Selengkapnya