TEMPO.CO, Jakarta -Pengadilan Amerika Serikat menghukum Roman Seleznev selama 27 tahun penjara. Ia terbukti bersalah telah meretas lebih dari 500 sistem pembayaran pebisnis Amerika dan mencuri jutaan nomor kartu kredit untuk dijual di website khusus.
Selain hukuman 27 tahun penjara, putra politikus Rusia Valery Seleznev itu juga harus membayar denda sebesar US$ 170 juta untuk dikembalikan kepada pebisnis dan bank yang menjadi korbannya. Hukuman ini merupakan pidana terlama yang pernah dijatuhkan pengadilan Amerika dalam kasus kejahatan cyber.
Awalnya Seleznev dituduh melakukan 29 kejahatan pada 2011 dan ditangkap pada 2014. Intelijen Amerika dengan bantuan polisi setempat, menangkap Seleznev di Maladewa saat dia dan pacarnya tiba di sebuah bandara dalam perjalanan mereka kembali ke Rusia.
Para intelijen membawa Seleznev ke Guam untuk diadili. Ia lalu dibawa ke Seattle dan dijebloskan di tahanan federal. Pemerintah Rusia mengecam penangkapan Seleznev sebagai penculikan ilegal.
Pada Oktober 2014, dakwaan terhadap Seleznev meningkat jadi 40 tuduhan. Ia dinyatakan bersalah atas 38 tuduhan termasuk 9 tuduhan peretasan dan 10 kasus penipuan. "Ini benar-benar penuntutan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata jaksa Norman Barbosa sebelum hakim membacakan putusan.
Selama 15 tahun, Seleznev masuk ke dalam sistem pembayaran ratusan bisnis. Dia memiliki lebih dari 2,9 juta nomor kartu kredit unit saat ia ditangkap. Ia pun menyebabkan para pebisnis merugi US$ 170 juta.
"Itu adalah jumlah yang mengejutkan," kata Barbosa. "Ini melebihi jumlah kerugian yang pernah dilihat di pengadilan ini."
Menurut Barbosa, Seleznev selama ini hidup seperti bos mafia. Ia menghabiskan uang untuk membeli mobil, kapal mahal, dan perjalanan mewah ke seluruh dunia. Jaksa pun menuntut hakim untuk menghukum Seleznev selama 30 tahun penjara.
Sebelum divonis, Roman Seleznev sempat meminta keringanan hukuman kepada hakim Richard Jones. Ia juga meminta maaf kepada para korban dan menyesali kejahatannya.
Seleznev juga meminta hakim untuk mempertimbangkan masalah kesehatannya akibat cedera dalam ledakan di Maroko pada 2011 sebelum memutuskan masa hukumannya. "Saya meminta, berdoa, dan memohon belas kasihanmu," ujarnya.
Jones mengatakan bahwa bom yang membuatnya cedera seharusnya menjadi peringatan bagi Seleznev untuk memperbaiki hidupnya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Seleznev malah mengumpulkan banyak uang dengan mengorbankan ratusan usaha kecil. "Anda didorong oleh satu tujuan: keserakahan," katanya.
Setelah pembacaan putusan, pengacara Seleznev, Igor Litvak, membacakan pernyataan tertulis dari kliennya yang menyatakan bahwa hukuman panjang itu adalah akibat dari tuntutan politik saat hubungan AS-Rusia tegang.
"Keputusan ini dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat, sangat jelas bahwa saya adalah tahanan politik," kata Seleznev seperti yang dibacakan Litvak.
Pengacara Amerika Serikat Annette Hayes membantah bahwa Seleznev diperlakukan sebagai tahanan politik. "Dia diperlakukan dengan proses yang sama seperti warga negara AS lainnya," katanya.
AlJAZEERA | MAYA AYU