TEMPO.CO, San Bernando - Anggota masyarakat Arab dan Muslim di Amerika Serikat, Kamis, 3 Desember 2015, mengatakan, mereka berada dalam keadaan takut, terutama pada serangan balasan, sebagaimana perincian penembakan terbaru di negara itu menunjukkan pelaku adalah pasangan Muslim.
Salah satu organisasi dilaporkan akan bertemu pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Jumat untuk menentukan langkah-langkah keamanan.
Serangan terbaru di Amerika telah menewaskan 14 orang dan menyebabkan 21 orang menderita luka-luka. Serangan terjadi di San Bernardino, sebuah kota dengan populasi Arab dan Muslim yang besar. "Ada ketakutan bahwa mungkin ada serangan balasan, dan itulah realitas hidup yang harus kami hadapi," kata Abed Ayoub, direktur hukum dan kebijakan Komite Anti Diskriminasi Amerika-Arab, kelompok hak-hak sipil yang akan mengadakan pembicaraan dengan pemerintah.
Ayoub mengatakan, sebagaimana dilansir dari laman Middle Wast Online, 4 Desember, meski sementara ini belum ada laporan serangan pembalasan, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada.
"Kita harus tetap hati-hati mengingat suasana dan apa yang terjadi di Paris beberapa minggu lalu dan dampak dari itu," katanya, mengacu pada serangan teror di Prancis yang menewaskan 130 orang dan telah diklaim dilakukan oleh ekstremis kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISI).
Para pemimpin Muslim dan warga di San Bernardino dilaporkan terkejut dan tidak percaya pada kejadian penembakan Rabu oleh Syed Farook, 28, dan istrinya Tashfeen Malik, 27.
Beberapa media Amerika Serikan mengatakan para pejabat penegak hukum percaya Farook telah menjadi ekstremis dan melakukan kontak dengan tersangka terorisme yang dikenal di luar negeri.
Namun imam di masjid yang sering dikunjungi Farook membantah itu. "Kami tidak pernah melihat tanda-tanda radikalisasi," kata Mahmood Nadvi, 39, seorang imam di Masjid Dar Al Ulum Al Islamiyah di San Bernardino, kepada AFP. "Jika seseorang menjadi gila, Anda tidak lagi mewakili agama."
Dia juga mengatakan masjid telah menerima pesan ancaman setelah serangan itu, dan ia telah meminta polisi untuk memberikan keamanan tambahan menjelang salat Jumat.
Gasser Shehata, 42, mengatakan, ia yakin tindakan Farook terkait dengan pekerjaan bukan karena agamanya. "Anda tidak bisa percaya dia melakukan itu demi Islam," katanya. "Dia tenang, pemalu, dan pendiam. Saya belum pernah melihat dia tidak menghormati seseorang."
Pejabat Muslim di San Bernardino juga telah mengadakan doa di sebuah masjid lokal pada Kamis malam untuk menghormati para korban dan mendesak masyarakat untuk tidak mengaitkan Islam dengan serangan. "Kami mengutuk tindakan tidak masuk akal dan mengerikan ini," kata Ahsan Khan, presiden Komunitas Muslim Ahmadiyah di Los Angeles.
"Komunitas kami telah berada di San Bernardino selama hampir tiga dekade dan belum pernah melihat kebobrokan tersebut," tambahnya. "Hati kami tertuju pada korban yang tidak bersalah dan keluarga mereka."
MECHOS DE LAROCHA | MIDDLE EAST ONLINE