TEMPO.CO, NEW DELHI – Eksekusi seorang pria Kashmir, yang divonis hukuman gantung karena membantu penyerangan parlemen di India tahun 2001, memicu aksi demonstrasi. Demonstran bentrok dengan polisi. Puluhan orang luka-luka.
Presiden Pranab Mukherjee menolak grasi Mohammad Afzal Guru. Terpidana akhirnya dihukum mati pada Sabtu pagi, pukul delapan waktu setempat di penjara Tihar, New Delhi. Untuk mengantisipasi terjadinya perlawanan, pemerintah memberlakukan jam malam di Kashmir dan memerintahkan masyarakat untuk tidak turun ke jalan.
Tiga puluh enam orang termasuk 23 polisi cedera dalam bentrokan, kata juru bicara polisi Manoj Sheeri. Sebagian besar kekerasan terjadi di distrik tempat tinggal Guru.
Pemerintah memblokir akses Internet agar berita eksekusi dan aksi demonstrasi tidak menyebar. Ketua Menteri negara bagian Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah, muncul di televisi dan meminta agar masyarakat tenang.
Perkelahian juga terjadi di New Delhi antara aktivis Hindu dan demonstran yang berkumpul di pusat kota untuk mengutuk eksekusi.
Guru, dari wilayah Kashmir bagian India, dinyatakan bersalah atas tuduhan menyediakan senjata dan penginapan bagi gerilyawan yang melakukan serangan. Guru menyatakan dirinya tidak bersalah.
India menuding serangan terhadap parlemen itu didalangi Pakistan. Serangan militan terburuk itu diduga membidik perdana menteri, menteri dalam negeri, dan para politikus. Namun, Pakistan membantah keterlibatan mereka dan mengutuk serangan.
Situasi pun memanas. Dua negara berkemampuan nuklir itu pun nyaris jatuh dalam perang. Hampir 1 juta tentara dikerahkan di kedua sisi perbatasan. Ancaman perang baru hilang beberapa bulan kemudian, yakni pada Juni 2002.
Hukuman gantung dilakukan kurang dari 3 bulan setelah India mengeksekusi satu-satunya seorang pria bersenjata yang lolos dari serangan Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 166 orang.
REUTERS | NATALIA SANTI