TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan Puncak Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dengan Rusia, yang akan digelar pekan depan, rencananya menghasilkan tiga dokumen penting. Ketiga dokumen tersebut, antara lain, Deklarasi Sochi, Rencana Aksi Komprehensif 2020, dan Laporan Russia Eminent Persons Group (AREPG).
“Sochi Declaration adalah deklarasi politik antara pemimpin Rusia dan ASEAN, kerja sama kemitraan ASEAN-Rusia selama ini, dan visi ke depan,” kata Direktur Mitrawicara dan Kerja Sama Antar-Kawasan ASEAN Kementerian Luar Negeri Derry Aman dalam brifing di ruang Palapa, Pejambon, Jakarta, Kamis, 12 Mei 2016.
Rencana Aksi Komprehensif 2020 berisi penjelasan kerja sama kemitraan ASEAN-Rusia secara lebih rinci di ketiga pilar, yaitu politik, ekonomi, dan sosial-budaya.
Satu lagi adalah laporan AREPG, kelompok pakar yang ditunjuk negara-negara ASEAN dan Rusia untuk menyusun rekomendasi konkret serta revolusioner.
Laporan itu akan diserahkan ke para pemimpin ASEAN-Rusia untuk dipertimbangkan lebih lanjut guna dikerjasamakan. AREPG dari Indonesia adalah mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, yang juga mantan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN.
“Tema pertemuan kali ini adalah menuju kemitraan strategis,” ucap Derry. Sampai saat ini, Rusia dan ASEAN belum menjadi mitra strategis. Padahal Rusia telah menjadi mitra wicara ASEAN selama 20 tahun.
Derry memaparkan, Rusia merupakan mitra dagang terbesar ke delapan dari sebelas mitra wicara ASEAN. “Ini berarti masih banyak hal dapat dikembangkan. Nilai perdagangan US$ 22 miliar, investasi US$ 450 juta, kunjungan wisatawan Rusia ke ASEAN 2,37 juta. Dari data itu, masih banyak kesempatan dan peluang yang perlu digarap,” kata Derry.
Dalam rangkaian peringatan 20 tahun hubungan ASEAN-Rusia di Sochi, selain forum bisnis, akan digelar festival kebudayaan, yang setiap negara akan mementaskan salah satu kesenian tradisionalnya. “Indonesia mengirimkan satu grup tari yang mementaskan budaya Papua,” kata Derry.
Tidak seperti KTT ASEAN-Amerika Serikat di Sunnylands beberapa waktu lalu yang membahas masalah Laut Cina Selatan, dalam KTT ASEAN-Rusia kali ini, tidak ada masalah keamanan yang dibahas secara khusus.
Misalnya terkait dengan Semenanjung Korea, ketika Rusia menjadi salah satu negara yang terlibat negosiasi proliferasi nuklir Korea Utara.
NATALIA SANTI