TEMPO.CO, Baghdad - Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki akhirnya bersedia mundur dari jabatannya dan mendukung pengganti dirinya. Tindakan ini mengakhiri kebuntuan politik yang telah menyelimuti Bagdad. (baca juga : Pasukan AS Gempur Pertahanan ISIS di Irak)
Al-Maliki, yang telah menjabat perdana menteri delapan tahun belakangan, berusaha mempertahankan posisinya selama beberapa pekan terakhir. Ia mundur setelah mendapat tekanan terus-menerus dari oposisi yang menuduhnya memonopoli kekuasaan dan menekan minoritas Sunni. (baca juga: Satu Lagi Video Seruan Jihad ISIS Beredar)
Desakan makin kuat ketika sekutu politik al-Maliki dari kalangan Syiah mendukung calon penggantinya. Presiden Irak sendiri, Fouad Massoum, mencalonkan Haider al-Abadi untuk membentuk pemerintahan baru.
Al-Maliki, yang ketika itu menolak mundur, menyebut pencalonan al-Abadi sebagai pelanggaran konstitusi. Akan tetapi, dalam pertemuannya dengan Partai Dawa pada Kamis malam, al-Maliki setuju mendukung al-Abadi. “Saya mundur untuk Haider Abadi dan tidak berharap posisi apa pun darinya,” kata al-Maliki, Kamis malam, 14 Agustus 2014.
Ia juga mengaku mundur demi kepentingan nasional dan perlunya mengatasi gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Langkah al-Maliki dipuji oleh Amerika Serikat yang memang menginginkan dia lengser.
“Hari ini Irak mengambil langkah besar dalam mempersatukan negara mereka. Kami memuji keputusan Perdana Menteri al-Maliki yang mendukung perdana menteri yang ditunjuk, Haider al-Abadi dan usahanya membentuk pemerintahan baru dengan konstituasi Irak,” kata Susan Rice, Penasihat Keamanan Nasional AS.
AS dan beberapa negara Eropa mendorong pemerintahan yang inklusif segera terbentuk sehingga amarah di kalangan Sunni segera reda. Menurut mereka, pemerintahan al-Maliki yang selama ini diskriminatif terhadap warga Sunni adalah pemicu lahirnya gerakan ISIS yang memberontak di utara dan barat Irak sejak Juni lalu.
FOXNEWS | ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Paus Fransiskus Akan Temui Warga Korea Utara
Perangi Teroris, Saudi Siapkan Rp 1.163 Triliun
Korut Tembakkan Roket Sebelum Paus Tiba di Korsel
Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang 5 Hari
Mubarak Bantah Bunuh 850 Demonstran