TEMPO.CO,- Merayakan pergantian tahun tak selalu identik dengan pesta kembang api, makan-makan bersama keluarga, atau pesta heboh di sebuah restoran. Di banyak negara, perayaan Tahun Baru selalu diwarnai tradisi unik.
Di sejumlah negara di Amerika Tengah dan Selatan, termasuk Venezuela dan Brasil, misalnya, perayaan Tahun Baru diwarnai dengan dress code pakaian berwarna cerah. Kostum ini dipercaya membawa keberuntungan. Pakaian yang cerah berarti masa depan cerah. Pakaian merah adalah simbol cinta, sedangkan kuning adalah simbol keberuntungan berupa materi atau uang.
Warga Denmark punya tradisi saling melemparkan piring atau barang pecah belah. Mereka saling melemparkannya ke tetangga dan setelah itu membersihkan pecahannya. Semakin banyak pecahan yang diperoleh artinya si penerima pecahan akan mendapat teman yang banyak.
Di Belarus, wanita yang belum menikah akan melakukan tradisi saat pergantian tahun agar segera bertemu pasangannya. Setiap wanita berdiri di dekat tumpukan jagung yang berada di kandang ayam. Siapa yang tumpukan jagungnya pertama kali didekati oleh ayam, maka dialah pemenangnya. Pemenang dipercaya akan segera mendapatkan pasangan.
Merayakan Tahun Baru tidaklah harus dengan orang yang masih hidup, itulah yang dilakukan masyarakat Talca, Cile. Mereka akan berkumpul di pekuburan untuk merayakan pergantian tahun dan seolah membangunkan kerabat yang sudah tiada untuk ikut serta merayakannya. Hal tersebut dipercaya merupakan cara menunjukkan cinta kepada orang-orang yang sudah tiada.
Di Jerman dan Austria, masyarakat yang berada di rumah ketika malam pergantian tahun umumnya menonton drama berjudul Dinner for One. Komedi yang dibuat tahun 1963 ini menceritakan seorang wanita Inggris berusia 90 tahun yang tengah merayakan ulang tahunnya. Komedi berdurasi 18 menit tersebut sebenarnya tidak ada hubungannya dengan momen perayaan Tahun Baru. Penonton menyukai komedi tersebut karena adanya unsur hiburan klasik yang terdapat di dalamnya.
AMNY | SATWIKA MOVEMENTI