TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara menembakkan salvo rudal balistik jarak pendek pada hari Selasa, 5 November 2024, menurut militer Seoul. Peluncuran rudal kedua ini dilakukan beberapa jam sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat atau pilpres AS 2024.
Menurut Kepala Staf Gabungan Seoul, beberapa rudal balistik jarak pendek ditembakan sekitar pukul 7.30 pagi ke perairan timur semenanjung Korea. "Dalam persiapan untuk peluncuran tambahan, militer kami telah memperkuat pengawasan dan kewaspadaan," menurut militer Seoul.
Tokyo juga mengonfirmasi peluncuran tersebut. Kantor perdana menteri mengatakan Pyongyang telah meluncurkan rudal balistik.
Kamis lalu, Korea Utara yang bersenjata nuklir menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat yang paling canggih dan kuat, Hwasong-19. Itu adalah uji senjata pertama Kim Jong Un sejak dituduh mengirim tentara ke Rusia.
Peristiwa ini juga terjadi beberapa jam setelah kepala pertahanan AS dan Korea Selatan meminta Pyongyang untuk menarik pasukannya. AS dan Korea Selatan memperingatkan bahwa tentara Korea Utara berseragam Rusia sedang dikerahkan untuk kemungkinan melakukan tindakan terhadap Ukraina.
Pada hari Minggu, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat melakukan latihan udara gabungan yang melibatkan pesawat pengebom berat sebagai tanggapan atas peluncuran ICBM. Latihan tersebut mengerahkan pesawat pengebom B-1B milik AS, jet tempur F-15K dan KF-16 milik Korea Selatan, dan jet F-2 milik Jepang.
Latihan gabungan semacam itu membuat Pyongyang marah, yang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin negara tersebut dan juru bicara utama, menyebut latihan itu sebagai penjelasan tentang sifat musuh yang paling agresif terhadap Korea. Dalam pernyataan yang dimuat pada hari Selasa oleh Kantor Berita Pusat Korea, ia mengatakan bahwa latihan tersebut adalah bukti mutlak mengenai validitas dan urgensi garis pembangunan kekuatan nuklir yang telah kami pilih dan terapkan.
Seoul telah lama menuduh Korea Utara yang bersenjata nuklir mengirim senjata untuk membantu Moskow dalam perang Rusia Ukraina. Korea Utara juga disebut mengerahkan tentara secara massal setelah Kim Jong Un menandatangani kesepakatan pertahanan bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan Juni.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan editor: Kamala Harris Vs Donald Trump di Pilpres AS, Bagaimana Jika Berakhir Seri?