TEMPO.CO, Jakarta - Pakar ilmu hubungan internasional Universitas Indonesia (UI) Suzie Sudarman berkomentar soal dampak pemilihan presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS terhadap Indonesia. Menurut dia, siapa pun presiden AS selanjutnya tak berdampak banyak terhadap kondisi dalam negeri Indonesia.
Suzie menilai bahwa salah satu permasalahan Indonesia ialah soal good governance atau pemerintahan yang baik. Apabila tidak dibereskan secara mandiri, jelas Suzie, Indonesia dapat diganggu.
"AS itu adi daya. Apa pun kondisi dalam negeri kita kalau kita tetap tidak membereskan soal good governance, free market (level playing field), dan mengikuti liberal international system, kita akan terus kesulitan," kata Suzie dalam pesan tertulisnya kepada Tempo melalui aplikasi WhatsApp pada Senin, 4 November 2024.
Lebih lanjut, Suzie menjelaskan bahwa kondisi dalam negeri juga akan berpengaruh pada sikap diplomasi Indonesia. Selain itu, Suzie juga menjelaskan bahwa secara teori ekonomi Internasional dan kondisi perang akan berpengaruh ke dalam negeri bergantung pada coalition patterns--stabil atau tidak--dan regime type--demokratis atau otoriter.
Suzie juga menyebut adanya tantangan bagi hubungan diplomasi Indonesia dengan AS, terlebih AS terikat pada aturan perdagangan dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) dan prinsip Freedom of Navigation di kawasan Indo-Pasifik.
Selanjutnya, Suzie juga menyinggung soal sikap AS yang cenderung memusuhi Cina di sektor ekonomi. Dia khawatir keadaan bisa saja memburuk jika Kamala Harris atau Donald Trump memimpin AS.
Tak sampai di situ, Suzie juga menyinggung soal sikap Donald Trump terhadap negara-negara anggota BRICS. "Trump sudah mengatakan yang anggota BRICS akan terkendala dalam berdagang ada tarif tinggi," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Muhammad Waffa Kharisma menyebut kebijakan Donald Trump yang diusung oleh Partai Republik maupun Kamala Harris dan Partai Demokrat, tak banyak berpengaruh terhadap Indonesia.
"Tidak terlalu berpengaruh (di bidang politik). Kecuali, ada saluran hubungan langsung antara pemain politik masing-masing negara yang ditemukan secara konkret," kata Waffa dalam pesan tertulis kepada Tempo melalui aplikasi WhatsApp, Senin, 4 November 2024.
Waffa juga menyoroti sosok Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris yang diusung Partai Demokrat. Dia mengaku bahwa kedua sosok itu sama-sama belum bisa menjanjikan kerja sama yang lebih baik dengan Indonesia.
Meski begitu, Waffa menilai bahwa Trump merupakan sosok yang lebih membawa dampak negatif daripada Harris. Dia menilai ada kecenderungan bahwa Trump kurang bisa diandalkan mitra AS.
"Tentu Trump akan cukup buruk. Beliau akan cenderung bisa impulsif terhadap rival. Trump juga sudah dikhawatirkan oleh para sekutu dan mitra terdekat karena kurang terlalu mau berkontribusi dalam barang publik dan cenderung meminta bayaran/kontribusi lebih dari sekutu lain," ujarnya.
Pilihan Editor: Donald Trump Vs Kamala Harris, CSIS Ungkap Dampaknya Bagi Indonesia