TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Hubungan Internasional Universitas Andalas Virtuous Setyaka memproyeksi perang Gaza dan Lebanon kemungkinan akan lebih besar lagi. Pasalnya, belum ada tanda-tanda dari kedua belah pihak untuk berupaya menghentikan perang dalam waktu dekat.
"Saya rasa belum ada tanda-tanda perang ini akan berhenti, Israel dari segi serangannya juga sudah semakin berani. Sebaliknya Hamas dan Hizbullah juga terus melakukan perlawanan," kata Virtuous saat diwawancarai Tempo pada Jumat 18 Oktober 2024.
Menurut Virtuous, apa yang terjadi di Lebanon saat ini sudah bisa diprediksi, khususnya sejak Hamas menyerang Israel secara terbuka pada 2023 lalu. Bukan hanya itu, keterlibatan negara besar juga menjadi pemicu eskalasi perang di jalur Gaza meluas dan besar.
"Perang ini kelihatanya saja antara Israel, Hamas dan Hizbullah, padahal dibelakang mereka banyak negara-negara besar yang menyokong. Sebut saja Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang membela Israel, lalu Iran di sisi sebelah," ucapnya.
Selain itu, dia menilai Rusia juga sudah terseret ke zona perang di Timur Tengah karena Moskow melihat perang Gaza sebagai pengalihan isu dari konflik di negara nya. "Jadi susah diprediksi jika perang akan berhenti dalam waktu dekat. Sebab banyak kepentingan negara besar di dalam konflik tersebut, "ujar Virtuous.
Tidak hanya itu, perang kali ini juga menjadi ajang balas dendam bagi Iran yang selama ini dihajar habis-habisan oleh Israel dan sekutunya. Ada pula sakit hati dari proksi Hamas dan Hizbullah yang pimpinannya dibunuh Israel.
"Bagaimana bisa diprediksi ini akan berhenti. Tewasnya pimpinan-pimpinan kelompok perlawanan ini tentu menjadi momentum untuk balas dendam," katanya.
Selain itu, perang Gaza juga ada kepentingan perang dagang senjata. "Bagi negara-negara penghasil senjata tentu Timur Tengah menjadi ladang bisnisnya. Mereka pasti saja akan terus merawat perang ini terus terjadi," pungkas Virtuous.
Pilihan editor: Retno Marsudi dan Qatar Sepakati Kerja Sama Beasiswa untuk Mahasiswa Afganistan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini