TEMPO.CO, Jakarta - Pembunuhan terhadap Pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada 16 Oktober 2024, dianggap sebagai kemenangan bagi Israel. Nyatanya, sejumlah sumber menyebut hal itu masih belum cukup karena para pucuk pimpinan Negeri Bintang Daud masih menginginkan keuntungan strategis yang melampaui kemenangan militer untuk membentuk kembali landscape kawasan yang menguntungkan bagi Israel dan melindungi perbatasan-perbatasannya dari segala serangan dikemudian hari.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden diperkirakan akan menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mau menurunkan ketegangan dalam perang Gaza. Sayangnya, Netanyahu kemungkinan memilih menunggu hingga pemerintahan Biden habis masa jabatannya pada Januari 2025 dan membuat kesepakatan baru dengan presiden Amerika Serikat yang baru.
Dalam pilpres AS 2024, ada dua kandidat yang maju yakni Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump kandidat dari Partai Republik. Netanyahu diketahui memiliki hubungan baik dengan Trump.
Sebelum mempertimbangkan segala kesepakatan gencatan senjata, Israel telah meningkatkan kampanye militer untuk mendorong Hizbullah menjauh dari perbatasan utara Israel - Lebanon. Israel juga menyerang kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduknya, yang dikhawatirkan warga Palestina dan PBB sebagai upaya menutu akses Gaza dari segala arah. Bukan hanya itu, Israel juga berencana membalas Iran yang pada 1 Oktober 2024, menembakkan sebuah rudal balistik untuk membalas pembunuhan pada pucuk pimpinan Hizbullah di Lebanon.
"Ada sebuah landscape baru yakni sebuah perubahan geopolitik di kawasan," kata David Schenker, analis dari lembaga kajian Washington Institute.
Menurutnya, sebelum serangan 7 Oktober 2023, Israel masih punya itikad mentoleransi ancaman tingkat tinggi seperti tembakan roket Hamas dan serangan terbatas lainnya. Namun sekarang, tidak ada lagi batas toleransi.
"Kali ini Israel memerangi lebih banyak front seperti Hamas, Hizbullah dan Iran mungkin menyusul," kata Schenker.
Perang Gaza telah menewaskan lebih dari 42 ribu jiwa. Netanyahu dalam pernyataan pada Kamis, 17 Oktober 2024, mengatakan pembunuhan pada Sinwar menyelesaikan masalah. Namun dia memperingatkan perang Gaza akan tetap lanjut bahkan dengan kekuatan militer penuh sampai para sandera warga negara Israel dibebaskan. Kantor perdana menteri Israel tidak menerbitkan pernyataan apapun terkait dengan ucapan Netanyahu ini.
Sumber: Reuters
Pilihan Editor: Reaksi Warga Gaza tentang Yahya Sinwar: 'Beginilah Cara Seorang Pahlawan Mati'