TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak pernah menyesali serangan 7 Oktober setahun yang lalu, kata orang-orang yang mengenalnya. Meskipun setelah itu, invasi Israel menewaskan puluhan ribu orang Palestina, menghancurkan tanah airnya di Gaza, dan menghujani sekutunya, Hizbullah, dengan kehancuran.
Pada Kamis, 17 Oktober 2024, militer Israel dikabarkan membunuh Sinwar, 62 tahun, arsitek serangan lintas batas Hamas yang menjadi hari paling mematikan dalam sejarah Israel.
Bagi Sinwar, perjuangan bersenjata tetap menjadi satu-satunya cara untuk memaksa pembentukan sebuah negara Palestina, empat pejabat Palestina dan dua sumber dari pemerintah di Timur Tengah mengatakan, berbicara dalam beberapa minggu menjelang peringatan 7 Oktober.
Serangan 7 Oktober menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menangkap 250 sandera, menurut penghitungan Israel, pada hari paling mematikan bagi orang Yahudi sejak Holocaust.
Israel merespons dengan melancarkan serangan besar-besaran, menewaskan 42.400 orang dan membuat 1,9 juta orang mengungsi, menurut data otoritas kesehatan Palestina dan PBB.
Kini konflik telah menyebar ke Lebanon, dengan Israel menggempur habis-habisan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran, termasuk membunuh sebagian besar pimpinannya. Teheran yang menjadi penyokong Hamas berisiko terlibat dalam perang terbuka dengan Israel.
Pertaruhan yang Gagal
Sinwar telah menarik Iran dan seluruh "Poros Perlawanan" – yang terdiri dari Hizbullah, Houthi Yaman, dan milisi Irak – ke dalam konflik dengan Israel, kata Hassan Hassan, seorang penulis dan peneliti kelompok-kelompok Islam.
"Kita melihat sekarang efek riak dari 7 Oktober. Pertaruhan Sinwar tidak berhasil," kata Hassan, menunjukkan bahwa Poros Perlawanan mungkin tidak akan pernah pulih.
"Apa yang dilakukan Israel terhadap Hizbullah dalam dua minggu hampir setara dengan satu tahun penuh dalam melemahkan Hamas di Gaza. Dengan Hizbullah, tiga lapisan kepemimpinan telah dihilangkan, komando militernya telah dihancurkan, dan pemimpin pentingnya Hassan Nasrallah telah dibunuh," tambah Hassan.
Namun, cengkeraman Sinwar terhadap Hamas tetap tidak tergoyahkan, meskipun ada beberapa tanda perbedaan pendapat di antara warga Gaza.