TEMPO.CO, Jakarta - Israel dikenal sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Di balik reputasi ini, terdapat sejumlah kelemahan yang dihadapi oleh Israel mulai dari di bidang pertahanan hingga ekonomi. Kelemahan ini bisa mengancam stabilitas pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Seiring dengan konflik yang terus memanas di Israel, beberapa aspek kelemahan ini semakin terlihat. Berikut adalah beberapa kelemahan israel yang berpotensi menjadi ancaman stabilitas.
Kelemahan Sistem Pertahanan Udara Israel
Israel dikenal memiliki aliansi kuat dengan Amerika Serikat, terutama dalam hal dukungan militer. Namun, Financial Times pada Selasa, 15 Oktober 2024 melaporkan bahwa Israel mengalami kekurangan rudal pertahanan udara, yang mendorong pemerintah Netanyahu untuk meminta bantuan dari AS.
Israel berpotensi menghadapi kekurangan rudal pencegat dalam sistem pertahanannya saat negara tersebut meningkatkan pertahanan udara untuk menghadapi kemungkinan serangan dari Iran dan proksinya. Dana Stroul, mantan pejabat senior pertahanan AS, menjelaskan bahwa jika Iran dan Hizbullah melancarkan serangan secara bersamaan, pertahanan udara Israel bisa menjadi kewalahan.
"Jika Iran menanggapi serangan Israel dan Hizbullah juga ikut menyerang, pertahanan udara Israel akan terancam," kata Stroul.
Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir mengumumkan pengiriman sistem anti-rudal THAAD ke Israel sebagai bagian dari dukungan "kuat" untuk sekutunya di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran. Tapi, Stroul juga mencatat bahwa AS tidak dapat mempertahankan upaya pasokan tanpa batas waktu untuk Ukraina dan Israel, karena sumber daya yang ada sudah mencapai batas kritis.
Sulit Mendeteksi Strategi Hizbullah
Menurut analisis yang diterbitkan Haaretz, pembunuhan para pemimpin Hizbullah oleh Israel justru mempersulit upaya untuk mendeteksi dan memprediksi tindakan dan strategi yang lebih luas. Orna Mizrahi, seorang peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv, telah bekerja di militer dan Dewan Keamanan Nasional Israel selama puluhan tahun.
Mizrahi mengatakan bahwa sebelumnya ia bisa memahami apa yang ingin dilakukan Hizbullah dengan mengikuti pemimpin mereka. Tapi sejak Hassan Nasrallah, yang memimpin kelompok itu sejak 1992 dibunuh dalam pengeboman di Beirut pada 27 September, ia tidak tahu siapa yang harus dipantau.