Tekanan terhadap Israel untuk membatasi operasi militer
Keberadaan UNIFIL di zona perang berarti pasukan penjaga perdamaian dapat terkena serangan secara tidak sengaja, yang dapat mengakibatkan tekanan signifikan terhadap Israel untuk membatasi atau mengakhiri kampanye militernya, demikian ungkap Pinfold.
Richard Gowan, direktur PBB di International Crisis Group, mengatakan bahwa Israel telah lama "frustrasi karena UNIFIL tidak menghentikan Hizbullah untuk membangun posisi yang kuat" di selatan Sungai Litani.
"Saya menduga bahwa Israel akan berargumen bahwa UNIFIL harus diberi mandat yang lebih kuat untuk menangani Hizbullah atau, sebagai alternatif, pasukan baru yang tidak dikomandoi oleh PBB harus dikerahkan untuk mengamankan Lebanon selatan," tambah Gowan.
Berbicara kepada wartawan di New York pada Senin, kepala penjaga perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix menolak anggapan bahwa UNIFIL harus disalahkan atas tidak dilaksanakannya Resolusi 1701.
"[Itu] tidak pernah menjadi mandatnya," katanya, mengklarifikasi bahwa mandat UNIFIL adalah "untuk mendukung" para pihak dalam pelaksanaan resolusi dan bukan untuk menegakkannya.
"Hal ini penting dalam kaitannya dengan keputusan kami saat ini untuk tetap berada di posisi ini karena kami semua berharap bahwa akan ada kembalinya ke meja perundingan dan bahwa pada akhirnya akan ada upaya nyata menuju implementasi penuh Resolusi 1701," tambah Lacroix.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Dewan Keamanan PBB menyatakan dukungannya terhadap UNIFIL setelah serangan Israel dan mendesak "semua pihak" untuk menghormati keselamatan dan keamanan misi tersebut.
"Pasukan penjaga perdamaian PBB dan tempat PBB tidak boleh menjadi target serangan," kata badan yang beranggotakan 15 negara itu.
Pilihan Editor: Prancis Larang Perusahaan Israel Tampil di Pameran Militer Euronaval