TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden AS Kamala Harris mengatakan bahwa Iran adalah musuh terbesar Amerika Serikat. Apa alasannya?
Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi CBS yang disiarkan pada Senin malam, 7 Oktober 2024, kandidat presiden AS dari Partai Demokrat ini mengatakan bahwa Iran adalah jawaban yang "jelas" ketika ditanya mengenai negara yang ia anggap sebagai "musuh terbesar" AS.
Baca juga:
"Iran memiliki darah Amerika di tangan mereka - serangan terhadap Israel, 200 rudal balistik," katanya. "Apa yang perlu kita lakukan [adalah] memastikan bahwa Iran tidak akan pernah mencapai kemampuan untuk menjadi kekuatan nuklir. Itu adalah salah satu prioritas tertinggi saya."
Iran menembakkan rentetan rudal ke pangkalan-pangkalan Israel pekan lalu dalam sebuah serangan yang dikatakannya sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran serta pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan seorang jenderal Iran di Beirut.
Komentar Harris menggarisbawahi kemunculan kembali Timur Tengah sebagai perhatian utama AS di tengah-tengah meluasnya perang di Gaza.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat AS telah mendorong persaingan strategis dengan Cina sebagai prioritas kebijakan luar negeri utama Washington.
Pada 2022, Pentagon melabeli China sebagai "tantangan mondar-mandir" bagi AS, yang berarti bahwa hal itu menimbulkan risiko jangka panjang.
Awal tahun itu, Strategi Keamanan Nasional Gedung Putih, sebuah penilaian yang dirilis setiap empat tahun sekali, juga menggambarkan persaingan dengan Beijing sebagai "tantangan geopolitik yang paling konsekuen" bagi Washington.
Invasi Rusia ke Ukraina juga telah menjadi fokus utama bagi AS, yang telah memberikan dukungan militer dan keuangan untuk Kyiv dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.