TEMPO.CO, Jakarta - Selama setahun terakhir, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan sedikitnya 17.000 anak, menurut pejabat kesehatan, dan PBB menyebut wilayah yang terkepung dan dibombardir itu sebagai "kuburan bagi anak-anak". Aksi brutal Israel di Gaza awalnya direstui banyak negara karena dianggap berhak membela diri. Dukungan ini diperkuat juga dengan hoaks-hoaks yang disebar Israel tentang kekejaman Hamas.
Marc Owen Jones, seorang profesor analisis media di Northwestern University di Qatar, mengatakan bahwa media sosial dan perusahaan teknologi telah memainkan pergan yang signifikan dalam menyebarkan disinformasi tentang serangan 7 Oktober di Israel selatan, dan tentang Palestina dan Arab secara keseluruhan.
"Yang paling signifikan adalah yang paling awal, yaitu disinformasi bahwa Hamas telah memenggal 40 bayi. Berita ini berasal dari laporan i24 News, dan menyebar secara viral di media sosial, tanpa terkendali. Berita ini kemudian menjadi berita utama di halaman depan surat kabar di seluruh dunia keesokan harinya," katanya kepada Al Jazeera.
Owen Jones mencatat bahwa apa yang disebut "propaganda bayi mati" telah lama digunakan pada masa perang.
"Gagasan bahwa membunuh bayi adalah garis merah bagi setiap masyarakat, budaya di seluruh dunia, dan ini adalah dalih yang memungkinkan Israel pada dasarnya meluncurkan kampanye genosida di Gaza karena memungkinkan mereka untuk mengatakan, 'lihat, Hamas brutal, mereka memenggal bayi'," kata Owen Jones.
Surat kabar terkemuka Israel, Haaretz, Desember 2023, pernah menerbitkan laporan yang tidak diverifikasi dan tidak akurat tentang serangan Hamas pada 7 Oktober telah menyebabkan publikasi cerita-cerita yang tampaknya palsu.
Beberapa rincian di balik cerita-cerita ini, yang menggambarkan kekejaman yang konon dilakukan oleh para pejuang Palestina, diberikan oleh para pejabat dan tentara Israel serta para sukarelawan pencarian dan penyelamatan.
Berikut beberapa di antaranya, seperti dikutip Middle East Eye:
'Bayi-bayi yang dipenggal'
Pada 7 Oktober, ratusan pejuang Palestina menyerbu Israel selatan, menyerang pos-pos militer, pangkalan-pangkalan dan daerah-daerah pemukiman. Sekitar 1.200 warga Israel terbunuh dalam serangan tersebut.
Dengan tidak adanya daftar resmi dari Israel mengenai jumlah korban, Haaretz telah membuat daftar korban tewas, yang mencakup lebih dari 30 anak-anak. Daftar ini belum lengkap, karena pekerjaan forensik masih terus berlanjut.
Beberapa hari setelah serangan itu, sebuah berita yang diterbitkan oleh saluran berita i24 Israel, yang kemudian menjadi berita utama di seluruh dunia, menuduh bahwa 40 bayi telah dipenggal.