TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hizbullah selama 32 tahun terakhir, Hassan Nasrallah , telah tewas dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Jumat malam, 27 September 2024. Ali Karki, komandan front selatan Hizbullah, dan komandan Hizbullah lainnya juga tewas dalam serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut di Dahiyeh, klaim militer Israel.
Lebih dari seminggu yang lalu, Israel juga membunuh komandan senior Hizbullah Ibrahim Aqil di Beirut. Peristiwa ini terjadi hanya dua bulan setelah kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh , dibunuh oleh Israel di Iran.
Tewasnya Nasrallah dan para pemimpin lainnya dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Lebanon dan selama peledakan massal pager dan radio genggam milik komandan Hizbullah awal bulan ini telah menyebabkan kelompok tersebut menghadapi potensi kekosongan kekuasaan. Israel mengklaim ini sebagai kemenangan besar, tetapi pengamat mengkhawatirkan eskalasi konflik antara Israel dan Iran, kata Hizbullah.
Apa itu Hizbullah?
Didirikan pada tahun 1982 selama perang saudara di Lebanon, Hizbullah awalnya bertekad untuk mengakhiri pendudukan Israel di Lebanon selatan. Hizbullah berhasil mencapainya pada tahun 2000 setelah perang panjang yang akhirnya memaksa Israel untuk mundur. Namun, Hizbullah terus berjuang dan berusaha menghancurkan Israel.
Hizbullah Muslim Syiah merupakan bagian dari kumpulan faksi dan pemerintah yang didukung Iran yang dikenal sebagai Poros Perlawanan. Kelompok ini merupakan kelompok pertama yang didukung dan digunakan Iran sebagai sarana untuk mengekspor Islamisme politiknya.
Selain menjadi kelompok bersenjata, Hizbullah juga merupakan partai politik dengan anggota parlemen di parlemen Lebanon dan telah memiliki perwakilan di sebagian besar pemerintahan Lebanon selama beberapa dekade. Hizbullah juga menyediakan layanan sosial yang luas, termasuk mengelola sekolah dan klinik kesehatan, di Lebanon selatan dan wilayah lain di negara itu tempat Hizbullah memiliki kehadiran yang kuat.
Pada awalnya, kelompok ini menyerang kepentingan AS, yang menyebabkan Washington menetapkannya sebagai organisasi teroris. Serangan tersebut termasuk menyandera warga AS di Beirut dan pengeboman truk yang terkenal pada tahun 1983 di barak Korps Marinir di Beirut yang menewaskan 241 anggota angkatan bersenjata Amerika.