TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Sabtu, 28 September 2024 usai terbunuhnya mendiang pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Ia menyebut Nasrallah sebagai mesin utama poros kejahatan Iran.
Setelah kembali dari berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Benjamin Netanyahu mengatakan terbunuhnya Nasrallah dalam serangan udara Israel di Beirut pada hari Jumat merupakan titik balik bersejarah yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah. "Jika ada seseorang yang ingin membunuhmu, bunuh dia terlebih dahulu," katanya.
"Nasrallah bukan sekadar teroris biasa, dialah teroris itu sendiri. Dia adalah poros dari poros, mesin utama poros kejahatan Iran."
Benjamin Netanyahu mengatakan pada awal minggu ini bahwa ia sampai pada kesimpulan bahwa serangan militer Israel terhadap Hizbullah dalam beberapa hari terakhir tidak cukup untuk memastikan kembalinya penduduk Israel ke rumah mereka yang ditinggalkan setahun lalu. Kepergian penduduk Israel dari rumah mereka terjadi setelah Hizbullah mulai meluncurkan roket untuk mendukung Hamas menyusul serangan udara, darat, dan laut Israel yang berkepanjangan terhadap Gaza.
Netanyahu mengatakan serangan terhadap Hizbullah juga merupakan pesan kepada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang dilaporkan sebagai salah satu arsitek serangan lintas perbatasan Hamas. "Semakin Sinwar melihat bahwa Nasrallah tidak akan datang menyelamatkannya, semakin besar peluang untuk memulangkan sandera kami," kata Netanyahu.
"Kita telah mencapai prestasi besar, tetapi pekerjaan masih belum selesai. Dalam beberapa hari ke depan, kita akan menghadapi tantangan besar dan kita akan menghadapinya bersama-sama," kata Benjamin Netanyahu.
Netanyahu adalah perdana Menteri Israel yang menjabat paling lama. Ia menghadapi sasaran kritik dari dalam negeri setelah dituduh melakukan kelalaian keamanan usai serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu.
Kritik itu belum sepenuhnya mereda, bahkan setelah pembunuhan Nasrallah. Pada Sabtu malam, para demonstran berkumpul di Tel Aviv menuntut agar pemerintah Netanyahu membuat kesepakatan untuk memulangkan para sandera Israel yang ditawan Hamas pada 7 Oktober.
“Para sandera diminta dan harus kembali ke sini,” kata Uzi Ron, 50 tahun. “Fakta bahwa hari-hari ini semakin menegangkan dan ada banyak kegiatan lain di Lebanon tidak mengubah fakta bahwa para sandera ini masih ada di sana dan kami harus melakukan segala cara untuk membawa mereka kembali dengan selamat."
Kematian Hassan Nasrallah diakui kelompok pergerakan Lebanon Hizbullah pada Sabtu 28 September. Hizbullah secara remsi mengumumkan kematian pemimpin mereka selama tiga dekade, Hassan Nasrallah.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah menyatakan, “Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah bergabung dengan rekan-rekannya yang mati syahid dan abadi, yang jalannya ia pimpin selama sekitar tiga puluh tahun, menjadi seorang martir dalam perjalanan menuju Yerusalem dan Palestina.”
Pernyataan tersebut menekankan kepemimpinan Nasrallah selama puluhan tahun dalam perlawanan terhadap Israel, dan mencatat bahwa dedikasinya terhadap perjuangan pembebasan Palestina menentukan kehidupannya dan sekarang “kemartirannya.”
Hassan Nasrallah, yang menjabat sekretaris jenderal Hizbullah sejak tahun 1992, memainkan peran penting dalam gerakan perlawanan Lebanon, khususnya dalam konfrontasinya dengan pasukan Israel. Kematiannya menandai momen penting dalam konflik yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan Israel.
Pernyataan Hizbullah diakhiri dengan menegaskan kembali komitmen kelompok tersebut terhadap misi Nasrallah, dengan mengatakan, "Kemartirannya hanya akan memperkuat tekad perlawanan untuk melanjutkan perjuangan melawan musuh Zionis dan membebaskan Palestina."
REUTERS
Pilihan editor: Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran Sidang Darurat soal Lebanon