TEMPO.CO, Jakarta - PBB pada Jumat, 30 Agustus 2024, melaporkan jumlah misi kemanusiaan yang ditolak aksesnya ke Gaza oleh otoritas Israel meningkat hampir dua kali lipat pada Agustus 2024 dibandingkan dengan Juli 2024.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan dari 199 misi kemanusiaan yang direncanakan di Gaza utara yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel, hanya 74 yang difasilitasi antara 1 hingga 29 Agustus. Dia mencatat misi yang tersisa ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena berbagai alasan dan masalah.
Di Gaza selatan, dari 372 pergerakan kemanusiaan yang dikoordinasikan, hanya 173 yang diizinkan. Dujarric juga menyampaikan kekhawatiran tentang Tepi Barat yang diduduki, di mana OCHA memperingatkan operasi militer Israel tampaknya melebihi standar penegakan hukum.
Ketika ditanya tentang serangan udara mematikan Israel yang menghantam konvoi organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat, American Near East Refugee Aid (Anera) di Gaza, Dujarric mengatakan sangat tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan tanpa koordinasi yang nyata dan efektif dengan pihak-pihak yang terlibat, setidaknya sampai tercapainya gencatan senjata.
Dengan menyuarakan keprihatinan tentang insiden tersebut, Dujarric menekankan staf PBB "telah membayar harga tertinggi dalam konflik ini. Kendati begitu, pihaknya tetap bertekad terus mengirimkan bantuan kepada warga sipil Palestina.
Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi tingkat kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak membutuhkan perawatan untuk malnutrisi akut.
Ironisnya, setidaknya setengah dari seluruh misi bantuan kemanusiaan ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena alasan operasional atau keamanan. Sejak serangan terhadap penyeberangan perbatasan Rafah satu bulan lalu, aliran bantuan kemanusiaan yang sangat penting bagi warga Gaza – yang sudah sangat tidak memadai – malah anjlok hingga dua pertiga
Keadaan staf PBB di Palestina yang mendistribusikan bantuan, juga memprihatinkan. Rumah mereka hancur dan orang-orang yang mereka cintai terbunuh. Mereka menempatkan diri dalam bahaya. UNRWA dalam hal ini adalah tulang punggung respons kemanusiaan tersebut.
Sumber: Anadolu
Pilihan editor: Diplomat Utama Uni Eropa Desak Sanksi terhadap Menteri Ekstremis Israel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini