TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus pada Rabu, 29 Agustus 2024, mengecam perlakuan terhadap para imigran yang menyeberangi Laut Mediterania untuk masuk ke Eropa, dan mengatakan bahwa menolak untuk memberikan bantuan kepada para migran adalah "dosa besar".
"Ada orang-orang yang bekerja secara sistematis dan dengan segala cara untuk menolak para migran," kata Paus dalam audiensi umum mingguannya di Lapangan Santo Petrus.
"Dan ini, jika dilakukan dengan hati nurani dan tanggung jawab, adalah dosa besar," katanya.
Paus telah sering berbicara tentang perlakuan terhadap para migran selama 11 tahun kepausannya. Namun kata-katanya pada Rabu, yang menggunakan istilah Katolik untuk salah satu jenis dosa terburuk, sangat kuat.
Para migran yang menyeberangi Laut Mediterania dengan menggunakan perahu atau sampan buatan sendiri dari Afrika utara dan Timur Tengah telah menjadi bahan perdebatan sengit di seluruh Eropa selama satu dekade terakhir.
Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan lebih dari 30.000 migran yang menyeberangi Laut Tengah telah hilang sejak tahun 2014.
Di Italia, sebuah kapal penyelamat yang dioperasikan oleh lembaga amal Doctors Without Borders telah diberikan perintah penahanan selama 60 hari pada Senin. Pihak berwenang mengatakan bahwa kapal tersebut, yang telah melakukan beberapa operasi penyelamatan pada 23 Agustus, gagal mengkomunikasikan pergerakannya dengan baik.
Doctors Without Borders membantah klaim tersebut. "Kami telah dijatuhi sanksi hanya karena memenuhi kewajiban hukum kami untuk menyelamatkan nyawa," katanya dalam sebuah pernyataan.
Paus Fransiskus pada Rabu menyerukan perluasan rute akses bagi para migran dan "tata kelola migrasi global yang didasarkan pada keadilan, persaudaraan, dan solidaritas." Paus mengatakan bahwa masalah ini tidak akan terselesaikan melalui "militerisasi perbatasan".
Dalam beberapa minggu terakhir, paus telah menawarkan serangkaian refleksi tentang masalah spiritual Katolik dalam audiensi mingguannya.
Pada awal sambutan Rabu, paus mengatakan bahwa dia menunda seri tersebut minggu ini, untuk mempertimbangkan "orang-orang yang menyeberangi lautan dan padang pasir untuk menemukan tempat di mana mereka dapat hidup dengan damai dan aman".
Audiensi hari Rabu merupakan yang terakhir sebelum Paus Fransiskus, yang berusia 87 tahun, berangkat minggu depan untuk melakukan kunjungan ambisius ke empat negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada 2-13 September. Ini adalah perjalanan terpanjang yang pernah dilakukan oleh Paus, yang sekarang secara teratur menggunakan kursi roda karena sakit lutut dan punggung.
REUTERS
Pilihan Editor: Kota Jenin di Tepi Barat: Mengapa Israel Menargetkan Kawasan Ini?