TEMPO.CO, Jakarta - Ayman Safadi Wakil Perdana Menteri Yordania yang merangkap sebagai Menteri Luar Negeri pada Minggu, 25 Agustus 2024, mengungkap kekhawatiran jika akar penyebab naiknya ketegangan di Timur Tengah tidak dicabut, maka ketegangan itu akan meledak menjadi bencana konfrontasi yang lebih besar dan luas. Kebrutalan Israel dalam perang Gaza telah mendorong Timur Tengah pada jurang perang kawasan sehingga agresi ini harus secepatnya diredakan.
Menurut Safadi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menghalang-halangi perjanjian pertukaran tahanan dan berusaha mendorong kawasan Timur Tengah pada peperangan. Itu dilakukan Netanyahu demi mengamankan masa depan politiknya dan menerapkan ideologi rasisme yang diyakininya.
Netanyahu, sambung Safadi, mencapai tujuannya melalui pembunuhan massal, penghancuran dan kejahatan perang serta menduduki Tepi Barat. Jika komunitas internasional ingin menghentikan ketegangan, maka perang Gaza harus diakhiri dan Israel dijatuhi sanksi.
Safadi juga menekankan Yordania berpihak pada keamanan Lebanon dan kedaulatannya serta menggaris bawahi perlunya menjunjung Resolusi Dewan Keamanan 1701. "Kami mendukung sejumlah negosiasi yang dipimpin Mesir, Qatar dan Amerika Serikat untuk menciptakan sebuah pertukaran kesepakatan yang mengarah pada gencatan senjata permanen dan mengakhiri bencana kemanusiaan di Gaza," kata Safadi.
Dia menambahkan masyarakat internasional dan Dewan Keamanan harus secara terbuka mendeklarasikan fakta Netanyahu merusak kesepakatan pertukaran tahanan dan Dewam Keamanan secara efektif mengambil kebijakan untuk melawan Netanyahu dan agenda rasisnya serta para menterinya yang memungkinkan tindakan terorisme terjadi.
Sebelumnya pada 21 Agustus 2024, Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara lewat sambungan telepon dengan Perdana Menteri Netanyahu untuk menekankan pentingnya mengakhiri perang Gaza dengan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera. Biden menilai negosiasi berikutnya di Kairo akan sangat penting.
Pembicaraan per telepon itu dilakukan setelah kunjungan kerja yang sedang dilakukan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ke timur tengah yang berakhir dan tanpa hasil atau tidak membawa kesepakatan apapun antara Israel dan Hamas untuk sebuah perdamaian di Gaza. Selama berbulan-bulan tim negosiator terseok-seok untuk menciptakan sebuah kesepakatan gencatan senjata. Dalam beberapa hari ke depan, akan kembali dilakukan negosiasi gencatan senjata di Ibu Kota Kairo.
Sumber : middle east monitor
Pilihan editor: Lima Fakta Israel dan Hizbullah Saling Serang: Ada Aroma Balas Dendam
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini