TEMPO.CO, Jakarta - CEO Telegram Pavel Durov ditangkap oleh otoritas keamanan Prancis, di dekat Paris pada Sabtu malam, 24 Agustus 2024, ketika ia hendak keluar dari jet pribadinya di Bandara Le Bourget. Ia ditangkap setelah tiba dari Azerbaijan dan penangkapannya dilakukan otoritas setempat setelah OFMIN mengeluarkan perintah penggeledahan kepada Pavel.
Pavel Durov dinilai otoritas keamanan Prancis abai dan tidak memperhatikan moderasi platform di layanannya yang memungkinkan aktivitas kriminal untuk terus terpengaruh dalam aplikasi pesan. Kabar ini datang dari media lokal Prancis, TF1 TV, dikutip dari Antara.
1. Surat Perintah
Laporan TF1 di situs webnya, Pemerintah Prancis telah mengeluarkan surat perintah untuk menangkap dia. Ini dilakukan sebagai bagian dari penyelidikan awal polisi. Dikutip dari BFM, penyelidikan difokuskan terhadap kurangnya moderator (tidak ada penyensoran) di Telegram. Polisi menganggap situasi ini memungkinkan aktivitas kriminal berlangsung tanpa hambatan di aplikasi tersebut.
Dikutip dari New Strait Times, pada Mei 2024, juru bicara Telegram, Remi Vaughn, mengeklaim, perusahaan telah memoderasi konten berbahaya di platformnya, termasuk penjualan obat-obatan terlarang dan pornografi.
"Bagaimana pun Telegram tidak akan berpartisipasi dalam segala bentuk penyensoran politik," kata Vaughn.
Pavel Durov ditangkap di Bandara Bourget pada Sabtu malam, 24 Agustus 2024. Durov sedang bepergian menggunakan jet pribadinya. Pada saat yang sama ia telah menjadi sasaran surat perintah penangkapan di Prancis.
2. Telegram
Telegram telah menjadi platform global yang digunakan banyak orang ketika terjadi sensor informasi di negara. Di Indonesia, Telegram pernah diblokir aksesnya karena tidak memenuhi ketentuan berlaku pada 2017. Telegram membuka platformnya untuk banyak pihak dan tidak melakukan moderasi konten. Ditemukan konten-konten radikalisme dan terorisme.
Setelah itu, CEO Telegram menyambangi Indonesia dan akhirnya layanan tersebut kembali dioperasikan. Pada pertengahan 2024, Telegram kembali mendapat surat peringatan dan teguran, karena ditemukan konten-konten judi online yang saat ini gencar diberantas oleh pemerintah.
3. Pendiri Telegram
Pavel Durov, pengusaha kelahiran Rusia yang mendirikan Telegram pada 2013. Platform ini mendapat reputasi, karena penekanannya terhadap privasi, enkripsi, dan kebebasan berbicara.
Telegram menjadi platform yang dapat digunakan secara gratis dan bersaing dengan platform media sosial lainnya seperti WhatsApp milik FaceBook, Instagram, TikTok, dan WeChat. Platform ini bertujuan untuk melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu satu tahun.
Namun, saat ini Telegram menjadi sumber informasi penting di Rusia, Ukraina, dan bekas Republik Soviet. Aplikasi ini digunakan oleh para pejabat di kedua pihak dalam konflik Rusia-Ukraina, dengan beberapa analis menggambarkannya sebagai 'medan perang virtual'.
4. Harta Durov
Kekayaan Durov diperkirakan oleh Forbes mencapai 15,5 miliar. Dalam wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson pada April, Durov mengatakan, di luar uang atau Bitcoin, ia tidak memiliki properti besar seperti real estate, jet, atau kapal pesiar.
5. Hengkang dari Rusia
Pada 2014, Durov meninggalkan Rusia setelah menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform sebelumnya, VKontakte, yang kemudian ia jual. Dia pindah dan memindahkan perusahaannya ke Dubai pada 2017 dan menjadi warga negara Prancis pada 2021.
IDA ROSDALINA | ERWIN PRIMA | ANTARA
Pilihan Editor: CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis Saat Bepergian dengan Jet Pribadi