Perang Mengajar Kesabaran
Berdiri di kibbutz tempat tinggalnya di Eilon, di mana hanya sekitar 150 petani dan penjaga keamanan yang tersisa dari populasi normal 1.100 orang, Letnan Kolonel Dotan mengatakan bahwa kedua belah pihak telah menguji satu sama lain selama berbulan-bulan, dalam pertempuran taktis yang terus berkembang.
"Perang ini mengajarkan kami kesabaran," kata Dotan. "Di Timur Tengah, Anda membutuhkan kesabaran."
Dia mengatakan bahwa pasukan Israel telah melihat peningkatan penggunaan pesawat tak berawak Iran, dari jenis yang sering terlihat di Ukraina, serta rudal anti-tank Kornet buatan Rusia yang semakin banyak menargetkan rumah-rumah ketika pasukan tank Israel mengadaptasi taktik mereka sendiri sebagai tanggapan.
"Hizbullah adalah organisasi yang cepat belajar dan mereka memahami bahwa UAV (kendaraan udara tak berawak) adalah hal besar berikutnya sehingga mereka pergi dan membeli dan dilatih dalam UAV," katanya.
Israel telah merespons dengan mengadaptasi sistem pertahanan udara Iron Dome dan memfokuskan operasinya sendiri untuk melemahkan struktur organisasi Hizbullah dengan menyerang para komandan yang berpengalaman, seperti Ali Jaafar Maatuk, seorang komandan lapangan di unit pasukan elit Radwan yang terbunuh minggu lalu.
"Jadi itulah titik lemah lain yang kami temukan. Kami menargetkan mereka dan kami mencarinya setiap hari," katanya.
Meski begitu, setelah berbulan-bulan berlalu, penantian itu tidak mudah bagi pasukan Israel yang dibesarkan dalam doktrin manuver dan operasi ofensif yang cepat.
"Ketika berada dalam posisi bertahan, Anda tidak bisa mengalahkan musuh. Kami memahami hal itu, kami tidak memiliki ekspektasi," ujarnya, "Jadi kami harus menunggu. Ini adalah sebuah permainan yang membutuhkan kesabaran."
REUTERS
Pilihan Editor: Fakta-fakta tentang Aksi Saling Serang Israel-Houthi di Tengah Perang Gaza