TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian RI (Kementan) bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), dengan dukungan USAID, menyelenggarakan pelatihan investigasi terkoordinasi kejadian zoonosis menggunakan Joint Outbreak Investigation (JOIN) tool di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pelatihan ini diberikan pada petugas kesehatan lintas sektor, yaitu kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan kesehatan lingkungan/satwa liar pada 8 sampai 12 Juli 2024. JOIN yang diperkenalkan oleh FAO dengan dukungan USAID ini, bertujuan meningkatkan upaya pengendalian dan mitigasi penyebaran zoonosis dan penyakit menular baru.
Pada 2021, lokakarya One Health Zoonotic Disease Prioritization (OHZDP) yang melibatkan Kementan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dengan dukungan USAID, mengidentifikasi enam penyakit prioritas zoonosis untuk dimitigasi secara kolaboratif di tingkat nasional. Untuk merespons wabah zoonosis ini secara efektif, FAO telah memperkenalkan JOIN, yang mempromosikan pendekatan One Health untuk mengatasi wabah penyakit zoonosis. JOIN adalah alat berbasis Excel yang menghubungkan data epidemiologi dan laboratorium yang berasal dari sektor kesehatan hewan, masyarakat, dan lingkungan.
Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, menyampaikan apresiasi atas inisiatif penggunaan JOIN untuk investigasi wabah di Indonesia karena JOIN bisa menghubungkan data investigasi wabah lintas kementerian dan lembaga serta investigasi wabah di lapangan. Integrasi ini memungkinkan pengembangan rekomendasi untuk intervensi lebih lanjut mengenai wabah penyakit, dan memfasilitasi advokasi bagi pemerintah daerah dan pusat.
Nuryani menekankan pelatihan ini merupakan langkah signifikan menuju penguatan kapasitas Indonesia dalam memitigasi dan merespons wabah penyakit zoonosis melalui pendekatan One Health. Sedangkan Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, menekankan pentingnya investigasi dan respons wabah yang efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah wabah di masa depan bagi Indonesia.
“JOIN memungkinkan kami mengoordinasikan pengumpulan dan analisis data untuk mengoptimalkan pengelolaan zoonosis terpadu. Kami berharap seluruh peserta pelatihan dari berbagai sektor dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka guna memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempersiapkan diri menghadapi wabah di masa depan dan menjaga kesehatan masyarakat,” kata Aryal.
Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia mengatakan pelatihan JOIN adalah contoh baik dari upaya One Health Indonesia untuk menjaga negara dari penyakit-penyakit menular. Hal ini diamini ahli epidemiologi veteriner dari Kantor Pusat FAO bahwa JOIN cocok berbagai skenario wabah penyakit zoonosis dan non-zoonosis untuk mengintegrasikan data epidemiologi dan laboratorium dari sektor kesehatan hewan, masyarakat, dan lingkungan.
Peserta dari tingkat nasional dan sub-nasional dalam pelatihan ini mendapat manfaat dari penerapan panduan rinci mengenai investigasi terkoordinasi berbagai kejadian zoonosis dan mendapatkan pengalaman langsung menggunakan JOIN melalui latihan di lapangan.
FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) di Kantor Regional Asia dan Pasifik (RAP) juga ikut membantu memfasilitasi pelatihan tersebut. Yin Myo Aye, Spesialis One Health Regional di FAO ECTAD RAP, menekankan investigasi wabah bersama ini akan memanfaatkan kolaborasi dan implementasi One Health yang ada di Indonesia, selaras dengan inisiatif One Health global dari One Health Joint Plan of Action dan Panduan Tripartit Zoonosis.