“Menangis dan Meratap”
Sebelumnya hari ini, ribuan orang berkumpul di pinggiran selatan Beirut untuk mengenang pemimpin Hizbullah yang syahid, Abu Thalib.
Dalam pidatonya selama prosesi tersebut, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hashem Safieddine, menekankan bahwa entitas penjajah itu tidak belajar dari pengalaman masa lalu dalam pertempuran melawan Hizbullah.
"Israel bertahan dalam kebodohannya ... percaya bahwa membunuh para pemimpin [Perlawanan] akan melemahkannya," katanya, seraya menunjukkan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa Perlawanan hanya tumbuh lebih kuat dan menjadi lebih teguh setelah para pemimpinnya mati syahid.
Safieddine menekankan bahwa "Israel harus memahami" bahwa respons Hizbullah yang tak terelakkan adalah meningkatkan operasi untuk mendukung Gaza, "baik dalam jenis maupun kuantitas."
Dalam sebuah ancaman eksplisit terhadap pendudukan, ia mengatakan, "Jika [warga Israel] sekarang merintih dan merintih karena apa yang telah menimpa mereka di wilayah utara Palestina yang diduduki, maka mereka harus mempersiapkan diri untuk menangis dan meratap," mengacu pada dampak operasi Hizbullah.
Safieddine juga mengenang sejarah dan prestasi terhormat dari martir Abu Taleb.
Dia adalah "salah satu pahlawan perang Juli 2006, dan wajar jika dia selalu menjadi target" penjajah, kata Safieddine.
Pemimpin yang syahid itu "tidak meninggalkan medan perang dan peperangan, dia terlahir sebagai seorang pemberani, tumbuh sebagai seorang ksatria, bertempur sebagai seorang pejuang yang gigih, dan bergabung dengan orang-orang yang dicintainya yang telah mati syahid" pada akhirnya.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Hizbullah Tembakkan 250 Roket ke Israel untuk Balas Dendam Tewasnya Komandan