TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi utama Korea Selatan Lee Jae-myung didakwa pada Rabu 12 Juni 2024 atas tuduhan suap. Ini terkait dugaan skema penggunaan pembuat pakaian dalam untuk mentransfer dana ke Korea Utara dan memfasilitasi kunjungan ke Pyongyang ketika ia menjadi gubernur provinsi.
Wakil pemimpin Partai Demokrat Lee Jae-myung ketika menjadi Gubernur Provinsi Gyeonggi telah dinyatakan bersalah melakukan suap dan mentransfer dana ilegal dalam konspirasi yang melibatkan Grup Ssangbangwool untuk mengirim US$8 juta ke Korea Utara.
Baca juga:
Ssangbangwool merupakan kelompok usaha yang bermula dari pembuat pakaian dalam dan kemudian berkembang ke usaha lain.
Kantor Kejaksaan Distrik Suwon tidak menjawab pertanyaan dari media.
Lee membantah terlibat atau mengetahui skema tersebut, yang dimulai pada 2019 hingga 2020 . Skema ini bertujuan mempromosikan proyek komersial dengan Korea Utara dan kunjungan Lee ke Pyongyang, yang akan meningkatkan statusnya sebagai tokoh politik yang sedang naik daun.
"Saya tidak sebodoh itu," kata Lee tahun lalu, menyebut tuduhan terhadapnya sebagai "fiksi" karena pengadilan menolak surat perintah penangkapannya.
Setelah dakwaan pada Rabu, dia berkata: "Kreativitas jaksa semakin buruk."
Lee adalah calon presiden dari Partai Demokrat pada 2022, dan dia kalah tipis dari Yoon Suk Yeol, seorang jaksa karir. Lee dianggap sebagai pesaing utama untuk pemilihan presiden berikutnya pada 2027.
Dia diadili terpisah atas tuduhan korupsi yang berasal dari masa jabatannya sebagai wali kota sebuah kota dekat Seoul.
KTT pertama antara Korea Utara dan Selatan pada tahun 2000, yang dianggap sebagai awal dari periode perjanjian, ternoda setelah pejabat pemerintah dihukum karena mentransfer dana ke Pyongyang melalui Grup Hyundai. Hyundai kemudian memiliki hak eksklusif atas usaha bisnis besar di Korea Utara.
Pilihan Editor: Usai Kiriman Balon Sampah Korut, Korea Selatan Lepas Tembakan Peringatan di Perbatasan
REUTERS