Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cerita Pilu Warga Gaza saat Israel Bantai Kamp Pengungsi Nuseirat

Reporter

image-gnews
Anak-anak Palestina bermain di antara puing-puing setelah serangan Israel  di tengah konflik Israel-Hamas, di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah, 9 Juni 2024 .REUTERS/Abed Khaled
Anak-anak Palestina bermain di antara puing-puing setelah serangan Israel di tengah konflik Israel-Hamas, di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah, 9 Juni 2024 .REUTERS/Abed Khaled
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kamp pengungsi Palestina Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada Ahad dalam semalam telah berubah menjadi hancur lebur dengan aroma darah dan kematian menguar di udara.

Mobil-mobil yang terbakar, rumah-rumah yang hancur, dan noda darah para korban terlihat di jalan-jalan dan lorong-lorong kamp Nuseirat. Ini terjadi usai pasukan khusus Israel melancarkan operasi militer di kamp tersebut untuk membebaskan empat orang sandera Israel pada Sabtu. 

Saat pasukan Israel memasuki kamp, pesawat-pesawat tempur melancarkan rentetan serangan brutal terhadap puluhan target di dalam kamp itu, yang sebagian besar merupakan rumah warga sipil, ungkap kantor media pemerintah yang dikelola Hamas.

Sedikitnya 274 warga Palestina tewas dan lebih dari 698 lainnya luka-luka akibat operasi militer Israel tersebut, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza pada Ahad.

"Saya sedang minum secangkir kopi di balkon rumah saya yang menghadap ke jalan. Semuanya normal: orang berlalu lalang dan para pedagang terlihat di jalanan, anak-anak bermain di bawah sinar matahari, tetapi kemudian semuanya berubah dalam sekejap," kenang Othman Zaki, seorang warga di kamp Nuseirat kepada Xinhua

Othamn mengatakan, tiba-tiba pesawat-pesawat Israel mulai mengebom dengan membabi buta ke segala arah.

"Tak seorang pun yang mengerti. Semua orang mulai berlarian tanpa tahu ke mana harus pergi dengan aman," ujar pria berusia 27 tahun itu.

Seorang pria pengungsi Palestina, Ahmed Shaaban, menuturkan, pengeboman yang terus-menerus terjadi begitu cepat.

"Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana, tidak ada yang bisa menggambarkannya. Kami tidak bisa menyelamatkan siapa pun. Situasinya kacau balau dan gila. Tidak ada yang bisa membayangkannya, bahkan dalam mimpi buruk sekalipun," tutur dia.

Sejak Minggu pagi waktu setempat, ayah enam anak berusia 42 tahun itu melakukan upaya sia-sia untuk mengidentifikasi sejumlah markah tanah di lingkungan tempat tinggalnya. Jalan yang pernah dia tinggali bersama keluarganya telah berubah menjadi puing-puing.

"Kami hanya bisa melihat puing-puing rumah yang hancur akibat serangan udara Israel. Orang-orang yang tewas dan terluka tergeletak di pinggir jalan. Tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka karena pengeboman yang begitu brutal dan terus-menerus," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika pengeboman yang berlangsung selama lebih dari setengah jam itu akhirnya mereda, Shaaban dan para tetangganya mulai meninggalkan tempat itu dan mencari tempat aman.

"Kami terkejut dengan apa yang kami lihat. Korban bergelimpangan di mana-mana," kenangnya.

Dalam upaya panik untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka, mereka menggunakan apa pun yang bisa bergerak, seperti kendaraan, sepeda, bahkan gerobak keledai, untuk mengevakuasi para korban ke rumah sakit.

Yahya Ayoub dari Kota Beit Hanoun di Jalur Gaza utara mengatakan bahwa pengeboman tersebut telah memaksa banyak pengungsi dan puluhan warga kamp Nuseirat meninggalkan rumah mereka.

"Kehancuran ada di mana-mana di sini. Rumah-rumah terbakar, beberapa rumah hancur lebur. Para korban terbunuh di dalam rumah mereka tanpa mengerti apa yang sedang terjadi atau apa kesalahan mereka," ujar Ayoub.

Dengan nada sedih, Ayoub mengatakan bahwa dia tidak percaya bisa selamat dari pengeboman tersebut. Ayoub ingat dirinya menggendong seorang anak yang terluka dan tidak sadarkan diri dari jalan, berlari jauh sampai menemukan sebuah mobil untuk membawa anak tersebut ke rumah sakit.

"Saya masih belum tahu kondisi anak itu, tetapi saya berharap dia baik-baik saja dan para dokter berhasil menyelamatkan nyawanya," ucap Ayoub.

Pilihan Editor: Komandan Militer Israel di Divisi Gaza Mundur, Akui Gagal Lindungi Warga

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Mau Mengalah, Benjamin Netanyahu Ingin Kesepakatan Gencatan dengan Hamas Penuhi Semua Tuntutan Israel

6 jam lalu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi isyarat saat ia menyampaikan pernyataan selama kunjungannya di hotline nasional Kementerian Kesehatan, di Kiryat Malachi, Israel 1 Maret 2020. [REUTERS / Amir Cohen]
Tak Mau Mengalah, Benjamin Netanyahu Ingin Kesepakatan Gencatan dengan Hamas Penuhi Semua Tuntutan Israel

Benjamin Netanyahu tak mau perang Gaza berakhir hingga militer Hamas hancur total.


Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza

6 jam lalu

Orang-orang mengibarkan bendera Palestina saat mereka berpartisipasi dalam NYC Pride March 2024 di Manhattan di New York City, AS, 30 Juni 2024. Tuntutan untuk memberhentikan aksi genosida Palestina oleh Israel turut disuarakan dalam parade warga LGBT di sejumlah negara. REUTERS/Jeenah Moon
Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza

Wakil Menteri Tenaga Kerja Palestina tewas dalam serangan Israel ke Gaza Hamas


Israel Disebut Gunakan Protokol Hannibal Hadapi Serangan Hamas, Apa Itu?

7 jam lalu

Warga Palestina membawa barang-barang saat meninggalkan bagian timur Kota Gaza setelah mereka diperintahkan oleh tentara Israel untuk meninggalkan daerahnya di tengah konflik Israel-Hamas, di Kota Gaza, 7 Juli 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Israel Disebut Gunakan Protokol Hannibal Hadapi Serangan Hamas, Apa Itu?

Israel menggunakan Hannibal Directive atau Protokol Hannibal dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.


Indonesia Mengutuk Serangan Terbaru Israel di Sekolah UNRWA yang Tewaskan 16 Orang

11 jam lalu

Kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jln. Pejambon, Jakarta. Sumber: Suci Sekar/Tempo
Indonesia Mengutuk Serangan Terbaru Israel di Sekolah UNRWA yang Tewaskan 16 Orang

Kementerian Luar Negeri RI mempertanyakan DK PBB dan sekutu-sekutu Israel yang tidak mengambil tindakan tegas terhadap serangan ke sekolah UNRWA


UNRWA: Tak Ada Tempat Aman di Gaza

14 jam lalu

UNRWA: Tak Ada Tempat Aman di Gaza

Juru bicara UNRWA prihatin karena warga Gaza masih diminta berpindah-pindah oleh Israel padahal di sana sudah tidak ada tempat aman


Arab Saudi Serukan Jatuhkan Sanksi ke Israel

15 jam lalu

Pengunjuk rasa anti-perang mengangkat tangan mereka yang
Arab Saudi Serukan Jatuhkan Sanksi ke Israel

Arab Saudi menyerukan pada negara-negara Barat agar mau menjatuhkan sanksi ke Israel, di mana ini hal yang mudah bagi Barat.


Houthi Beberkan Senjata Baru Canggihnya yang Bikin Keder Barat, dari Drone Laut hingga Rudal Balistik Hipersonik

17 jam lalu

Rudal dan pesawat tak berawak terlihat dipajang di sebuah pameran di lokasi tak dikenal di Yaman dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Media Houthi [File: Reuters]
Houthi Beberkan Senjata Baru Canggihnya yang Bikin Keder Barat, dari Drone Laut hingga Rudal Balistik Hipersonik

Houthi di Yaman mengumumkan tiga senjata baru canggih dan mematikan selama serangan mereka di Laut Merah dan sekitarnya.


UNRWA: Anak-anak di Gaza Habiskan hingga 8 jam Sehari Kumpulkan Makanan

1 hari lalu

Anak-anak Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan pangan saat konflik Israel-Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 26 Juni 2024. REUTERS/Mohammed Salem
UNRWA: Anak-anak di Gaza Habiskan hingga 8 jam Sehari Kumpulkan Makanan

Fasilitas sanitasi dan infrastruktur rusak parah, memaksa ribuan keluarga dan anak-anak mengandalkan air laut untuk mencuci, mandi, dan bahkan minum


Warga Kembali Berunjuk Rasa untuk Menekan Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera

1 hari lalu

Para pengunjuk rasa berkumpul menentang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di dekat kediamannya, ketika konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Yerusalem, 4 November 2023. REUTERS/Ammar Awad
Warga Kembali Berunjuk Rasa untuk Menekan Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera

Unjuk rasa untuk menekan Pemerintah Israel kembali terjadi pada Minggu, 7 Juli 2024, yang menyuarakan pembebasan sandera


Houthi Rudal 153 Kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel

1 hari lalu

Pendukung Houthi berunjuk rasa mengecam serangan udara yang dilancarkan AS dan Inggris terhadap Houthi, di Sanaa, Yaman 12 Januari 2024. REUTERS/Khaled Abdullah
Houthi Rudal 153 Kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel

Milisi Houthi di Yaman menyatakan telah menyerang kapal-kapal Amerika Serikat, Inggris, dan Israel yang melintasi Laut Merah dan sekitarnya.