2. Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel
Yoav Gallant, 65 tahun, adalah seorang anggota kabinet perang Netanyahu dan juga partai konservatif Likud. Ia memulai dinas militer sebagai pasukan katak angkatan laut sebelum menjadi salah satu komandan paling senior di militer.
Gallant berselisih dengan Netanyahu tahun lalu saat protes atas rencana untuk mengekang kekuasaan kehakiman. Perdana Menteri mengumumkan pemecatannya setelah dia secara terbuka memecah barisan untuk menyerukan penghentian rencana tersebut, tetapi terpaksa mundur setelah ratusan ribu warga Israel turun ke jalan dalam protes spontan.
Pada 9 Oktober, dua hari setelah serangan Hamas ke Israel selatan, Gallant memperingatkan bahwa harga yang harus dibayar Gaza "akan mengubah realitas selama beberapa generasi". Ia juga menyatakan Israel memberlakukan blokade total dengan larangan impor makanan dan bahan bakar sebagai bagian dari pertempuran melawan "hewan manusia".
Dalam sebuah pernyataan untuk menandai 100 hari perang Israel dengan Hamas di Gaza, Gallant mengatakan bahwa hanya tekanan militer yang akan mencapai tujuan kembar untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera. Pernyataan ini sejalan dengan Netanyahu.
3. Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas di Gaza
Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, dinilai sebagai otak di balik serangan paling berdarah terhadap warga Yahudi dalam satu hari sejak Holocaust. Ia tidak pernah merahasiakan keinginannya untuk menyerang Israel, negara yang memenjarakannya selama separuh masa dewasanya.
Sinwar memulai kariernya di kelompok militan Palestina sebagai seorang penegak hukum yang keras Ia menghukum dan membunuh para kolaboratornya dengan Israel, sebelum akhirnya naik ke posisi kepemimpinan setelah dibebaskan dari penjara pada 2011 dan kembali ke Gaza.
Perang yang dipicu oleh serangan 7 Oktober telah meluluhlantakkan Gaza, sementara Israel berusaha untuk menghabisi kelompok militan tersebut. Sinwar berada di urutan teratas dalam daftar pembunuhan Israel selama perang.