TEMPO.CO, Jakarta - Israel telah mengumumkan masuknya lebih dari 300 truk bantuan ke Gaza, volume harian tertinggi sejak perang di wilayah yang terkepung itu dimulai enam bulan lalu.
Namun, pengiriman Senin itu masih jauh dari jumlah minimum yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dibutuhkan untuk memberi makan jutaan orang - sebagian besar dari mereka adalah pengungsi - yang berada di ambang kelaparan.
Dalam sebuah pernyataan di X, Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) mengatakan bahwa 228 truk, yang mewakili 70 persen dari jumlah keseluruhan, membawa makanan.
Al Jazeera memantau beberapa truk melewati penyeberangan Rafah selatan dengan Mesir. Truk-truk lain juga melewati penyeberangan Karem Abu Salem, yang dikenal sebagai Kerem Shalom oleh warga Israel, menurut Tarek Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Rafah.
Ia mengatakan sebagian besar konvoi kemanusiaan itu bermuatan air, gula, tepung, dan kebutuhan pokok lainnya.
Namun, tak satu pun truk dari selatan yang diizinkan untuk mencapai bagian utara Gaza, yang menurut PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan lainnya, sedang menghadapi bencana kelaparan di Gaza, tambahnya.
Juru bicara otoritas yang mengelola penyeberangan di Rafah juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pengiriman tersebut hanyalah sebagian kecil dari apa yang terjadi sebelum perang.
"Jalur ini mengalami kelaparan besar, terutama di wilayah utara dan Kota Gaza. Wilayah selatan juga mengalami bencana kemanusiaan yang besar. Oleh karena itu, membawa bantuan setiap hari tidaklah cukup," kata Hisham Adwan.
Badan-badan bantuan PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan lainnya mengatakan bahwa Gaza membutuhkan setidaknya 500 hingga 600 truk bantuan kemanusiaan dan barang-barang komersial setiap harinya untuk menopang situasi yang mengerikan di wilayah yang terkepung tersebut.
Menurut perkiraan, sekitar 1,5 juta orang yang mengungsi dari Gaza utara dan tengah kini berlindung di kota Rafah di bagian selatan, yang masa depannya masih belum menentu di tengah bombardir Israel yang terus menerus dan ancaman invasi darat.