TEMPO.CO, Jakarta -Kemenangan Prabowo Subianto dalam hasil hitung cepat atau quick count Pemilu 2024 disoroti oleh media asing. Berdasarkan hasil quick count dari sejumlah lembaga survei, Prabowo yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka unggul dan mendapat lebih dari 50 persen suara.
Al Jazeera misalnya, dalam artikel berjudul “Who is Prabowo Subianto, the man likely to be Indonesia’s next president?” mereka menulis sosok Prabowo sebagai seorang jenderal yang pernah ditakuti di seluruh Indonesia dan dilarang masuk Amerika Serikat, kini mengubah dirinya menjadi 'kakek yang lucu’
Prabowo dan Tragedi 1998
Al Jazeera menyoroti hubungan Prabowo dengan tragedi 1998. Dalam tulisannya, media asing itu mewawancarai aktivis bernama John Muhammad, yang memainkan peran penting dalam protes yang dipimpin mahasiswa pada 1998.
Aksi protes ini mengakhiri pemerintahan garis keras selama lebih dari 30 tahun oleh mantan pemimpin Indonesia Soeharto dan mengantarkan era reformasi demokrasi.
Dalam laporan Al Jazeera, dituliskan bahwa John khawatir dengan masa depan demokrasi. Alasannya karena Prabowo tampaknya akan menjadi presiden berikutnya di Indonesia setelah menang menurut hasil quick count.
“Kalau Prabowo jadi presiden, itu akan membuat banyak orang berani. Tidak ada seorang pun yang takut melakukan pelanggaran HAM, karena dia menghindari semua tuduhan yang ditujukan kepadanya dan berhasil menutupinya,” kata Muhammad, menceritakan bagaimana Kopassus di bawah komando Prabowo menindak protes di Jakarta. Universitas Trisakti pada Mei 1998.
Bagi Muhammad, kemungkinan kemenangan Prabowo yang berusia 72 tahun dalam pemilu merupakan masa yang berbahaya bagi Indonesia.
“Ini sangat berbahaya, dan Indonesia akan menjadi negara demokrasi yang sangat gelap jika dipimpin oleh Prabowo,” katanya kepada Al Jazeera.
Al Jazeera kemudian mengungkit tragedi 1998 yang menyebabkan Prabowo dipecat dari militer. Mereka menulis tragedi 1998 menyebabkan empat mahasiswa tewas, dan puluhan lainnya luka-luka. Tragedi tersebut juga memicu kemarahan luas dan setelah jatuhnya Soeharto, hal ini mengakibatkan pemecatan tidak hormat dari militer terhadap Prabowo.
Lebih lanjut, Prabowo juga disebut tidak pernah diadili atas Trisakti atau 22 penculikan yang terjadi pada tahun yang penuh gejolak itu, meskipun beberapa anak buahnya diadili dan dihukum. “Tiga belas aktivis tidak pernah ditemukan,” tulis Al Jazeera.