TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman mengecam keras penjajahan kembali wilayah Gaza pada 29 Januari 2024. Kementerian Luar Negeri Jerman juga mengecam keterlibatan unsur-unsur pemerintah Israel serta menolak pernyataan Tel Aviv mengenai penjajahan Gaza.
"Wacana-wacana mengenai pengusiran penduduk Palestina dari Gaza dan penjajahan kembali Gaza oleh Israel sepenuhnya tidak dapat diterima. Dalam konflik yang sedang berlangsung, hal ini turut memperburuk situasi dan secara jelas bertentangan dengan hukum internasional," demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Jerman seperti disampaikan kantor Kedutaan Besar Jerman di Jakarta pada Senin, 5 Februari 2024.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock berulang kali menegaskan warga Palestina tidak boleh diusir dari Gaza. Tidak boleh ada pendudukan atau penjajahan kembali Gaza maupun pengurangan wilayahnya. Ini juga merupakan sebuah posisi yang sangat didukung luas oleh masyarakat internasional.
"Saya mengingat hal ini menjadi konsensus mendasar dalam sejumlah pertemuan G-7. Tidak boleh ada solusi yang melangkaui kepala-kepala Palestina, karena Gaza adalah milik warga Palestina dan mereka harus dapat menentukan sendiri masa depan mereka. Hal-hal ini merupakan prasyarat dasar untuk perdamaian dan stabilitas yang kekal di kawasan
menuju solusi dua negara," kata Baerbock
Kementerian Luar Negeri Jerman menyebut barang siapa yang berpikir bahwa mereka dapat mewujudkan keamanan Israel melalui angan-angan pengusiran (warga Gaza). Maka orang itu jelas berada di jalan yang salah. Sebab solusi berkelanjutan atas konflik dengan melibatkan warga Palestina, yang hanya dapat diwujudkan melalui solusi dua negara, di mana ini sejalan pula dengan kepentingan Israel.
Gelombang unjuk rasa mengguncang sejumlah negara di Eropa yang menuntut genatan senjata segera di Jalur Gaza. Korban tewas terus naik hingga mencapai 27.365 orang. Sedikitnya 127 warga Palestina tewas dan 178 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang terkepung.
Demonstrasi terjadi di Prancis, Swiss, dan Jerman pada Sabtu, 3 Februari 2024. Ribuan demonstran menuntut agar segera diberlakukan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Protes terhadap serangan Israel ke Gaza yang berlangsung di Berlin diikuti sekitar 2 ribu demonstran. Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan membawa spandukprotes yang di antaranya tertulis "Hentikan genosida di Gaza" dan "Jerman yang membayar, Israel yang mengebom".
Seorang pengunjuk rasa, David Kusel, mengecam situasi mengerikan di Gaza serta menuntut gencatan senjata segera, distribusi bantuan kepada rakyat Gaza, serta terwujudnya solusi dua negara. Ia turut mengecam tindakan Israel yang merintangi perdamaian melalui pendirian permukiman ilegalnya dan menyebut upaya untuk menghilangkan rakyat Palestina sebagai "kejahatan luar biasa".
PBB menyebut serbuan Israel menyebabkan 85 persen populasi Gaza terusir dari tempat tinggalnya. Sebanyak 60 persen infrastruktur Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, serta obat-obatan yang akut. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan Isarel melakukan 14 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza.
Pilihan editor: UNRWA Ingatkan Lebih Banyak Warga Gaza bisa Meninggal tanpa Air Bersih
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini