TEMPO.CO, Jakarta -Israel telah mengusulkan proposal gencatan senjata selama dua bulan sebagai ganti pembebasan semua sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza, menurut Axios yang mengutip dua pejabat anonim Israel sebagai sumber. Proposal tersebut terdiri dari beberapa fase dan telah diajukan kepada Hamas melalui Qatar dan Mesir sebagai mediator, kata para pejabat tersebut.
Proposal itu tidak termasuk penghentian perang secara permanen, tetapi ini merupakan periode gencatan senjata terlama yang ditawarkan Israel kepada Hamas sejak Oktober 2023. Sebelumnya, kedua pihak menyetujui gencatan senjata sementara pada 24-30 November 2023.
Kelompok Palestina tersebut awalnya menyandera 253 orang dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober. Sekarang tersisa 132 sandera yang belum dibebaskan, menurut Israel seperti dikutip Times of Israel, sementara yang lainnya telah dipulangkan selama gencatan sementara pada November 2023. Sebanyak 28 dikatakan telah tewas saat masih disandera, kata militer Israel.
Menurut proposal terbaru Israel, persyaratan yang mereka minta termasuk pembebasan semua sandera yang masih hidup, dan pengembalian jenazah sandera yang sudah wafat. Pemulangan sandera akan dilakukan dalam beberapa fase. Fase pertama adalah untuk perempuan dan laki-laki di atas 60 tahun beserta mereka yang berada dalam keadaan medis kritis.
Fase-fase selanjutnya adalah untuk tentara perempuan, laki-laki sipil atau bukan tentara yang berusia di bawah 60 tahun, tentara laki-laki Israel, dan jenazah sandera.
Sumber pejabat Israel mengatakan pembebasan seluruh sandera, yang masih hidup hingga yang sudah wafat, dalam beberapa fase diperkirakan memakan waktu hingga dua bulan.
Dengan kesepakatan ini, kata kedua pejabat, Israel dan Hamas akan menyetujui terlebih dahulu berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai ganti pemulangan tiap sandera Israel dari semua kategori. Kemudian, akan dilakukan negosiasi terpisah untuk nama-nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan.
Usulan tersebut juga mencakup janji bahwa cakupan dan intensitas operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza akan jauh lebih kecil setelah gencatan senjata dua bulan. Israel akan melakukan pemindahan IDF dari pusat-pusat populasi utama di Gaza, kata para pejabat, memungkinkan kembalinya warga sipil Palestina secara bertahap ke Kota Gaza dan Jalur Gaza utara seiring dengan penerapan kesepakatan tersebut.
Proposal tersebut menekankan bahwa Israel tidak akan setuju untuk mengakhiri peperangan dan membebaskan semua tahanan Palestina dari penjara Israel, yang jumlahnya mencapai 6.000 orang, kata sumber Axios.
Pihak Israel mengatakan mereka masih menunggu respons dari Hamas, sekaligus menekankan mereka merasa optimis akan membuat progres selama beberapa hari ke depan perihal pembebasan sandera, meski masih penuh kewaspadaan.
Apa kata Hamas?
Hamas mengatakan pihaknya belum menerima proposal gencatan senjata selama dua bulan tersebut melalui mediator, kata seorang petugas media kelompok militant tersebut kepada kantor berita Anadolu pada Senin, 22 Januari 2024.
Juru bicara media Hamas di Lebanon berbicara kepada koresponden Anadolu, Walid Kilani, mengatakan tawaran itu telah muncul di media tetapi pihaknya “belum menerimanya secara resmi.”
Dia menekankan bahwa “persyaratan utama Hamas adalah gencatan senjata penuh dan komprehensif, bukan gencatan senjata sementara.” Jika syarat ini disetujui, maka bisa dilakukan pembicaraan pertukaran tahanan secara bertahap, tambah Kilani.
AXIOS | ANADOLU
Pilihan editor: Mimpi Arab Saudi sebagai Produsen Mobil Listrik Dunia, Sampai Mana?