TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis, 14 Desember 2023, menyatakan ekonomi Rusia memperlihatkan penguatan dan stabilitas meskipun menghadapi tekanan dari luar. Pada tahun ini, GDP Rusia diharapkan bisa mencapai 3.5 persen.
Menurut Presiden Putin, ekonomi negaranya sudah pulih dari penurunan yang terjadi pada tahun lalu. Sekarang ini, ekonomi Rusia bergerak maju. Dia mengakui, ada sejumlah tantangan yang masih dihadapi ekonomi Rusia, di mana inflasi diharapkan terakselerasi sampai 8 persen pada akhir tahun ini.
“Bank sentral Rusia dan pemerintah sedang mengambil sejumlah kebijakan untuk mengembalikan itu semua ke target,” kata Putin.
Putin mencatat pertumbuhan produksi industry mengalami kepercayaan diri sekitar 3.6 persen. Hal ini sungguh melegakan karena memperlihatkan kalau sektor industri mengalami pertumbuhan.
Menurut Presiden Putin, utang publik eksternal Rusia mengalami penurunan dari USD46 miliar menjadi USD32 miliar (Rp496 triliun). Beberapa perusahaan swasta juga membayar utang mereka tepat waktu. Rusia juga mencatat kalau angka pengangguran di Rusia turun hingga level terendah dalam sejarah yakni 2.9 persen.
“Ini belum pernah terjadi dalam sejarah Rusia. Ini adalah sebuah indikator yang sangat bagus untuk perekonomian negara,” kata Putin.
Putin juga menyebut soal kenaikan upah minimum di Rusia pada 2024. Menurutnya, mulai 1 Januari 2024 upah minimum di Rusia naik 18 persen, di mana indeksasi semacam ini jarang terjadi.
GDP Rusia pada 2022 turun sebanyak 2,1 persen berdasarkan data terbaru. Namun negara-negara Barat menduga penurunan terjadi sampai 20 persen. Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Rusia Andrey Belousov optimis ekonomi Rusia pada 2023 akan lebih mudah dibanding 2022. Pada 2022, ekonomi Rusia dikacau oleh sanksi-sanksi dari negara-negara Barat, di mana kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Ganjar Wanti-Wanti Indonesia Bakal Masuk Middle Income Trap kalau Tak Jadi Negara Maju pada 2045