TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 1,9 juta orang atau lebih dari 80 persen populasi di Jalur Gaza telah mengungsi sejak 7 Oktober, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Senin dalam sebuah pernyataan.
Selain itu, hingga 2 Desember diketahui ada sebanyak 111 staf UNRWA telah tewas sejak awal perang, lanjut pernyataan tersebut.
Tentara Israel melanjutkan pengeboman di Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan selama sepekan.
Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza telah melonjak menjadi 15.899 orang sejak awal konflik pada 7 Oktober, menurut pengumuman Kementerian Kesehatan di daerah kantong Palestina yang terkepung itu pada Minggu.
Kementerian tersebut, yang merupakan bagian dari pemerintahan pimpinan Hamas di Jalur Gaza, mengatakan bahwa 70% dari mereka yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak.
Jumlah kematian mungkin jauh lebih sedikit dari jumlah aslinya karena runtuhnya sistem kesehatan di Gaza telah mempersulit pengumpulan statistik, dan ada lebih dari 6.000 warga Palestina yang dianggap hilang di wilayah tersebut.
Sedangkan jumlah korban luka-luka di Jalur Gaza selama periode yang sama juga meningkat menjadi 41.316 orang.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel tercatat sekitar 1.200 orang.
Banyak dari warga Palestina mengungsi pada awal perang, ketika Israel memerintahkan warga di Gaza utara untuk pindah ke wilayah selatan, dengan mengindikasikan bahwa mereka akan lebih aman di sana.
Meskipun begitu, ada peringatan bahwa pengungsian dalam jumlah besar akan menjadi bencana kemanusiaan.
Ketua Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menggambarkan penderitaan di Gaza sebagai hal yang “tidak dapat ditoleransi” saat mengunjungi wilayah tersebut. “Tingkat penderitaan manusia tidak dapat ditoleransi. Tidak dapat diterima bahwa warga sipil tidak memiliki tempat yang aman untuk pergi ke Gaza,” kata Ketua ICRC Mirjana Spoljaric Egger.
Selain itu, dalam beberapa hari dan pekan setelahnya, Israel juga ternyata menyerang wilayah selatan, sehingga banyak pengamat mengatakan bahwa tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Militer Israel memperluas operasi darat lebih jauh ke selatan Gaza, dengan puluhan tank Israel, pengangkut personel lapis baja, dan buldoser memasuki Jalur Gaza dekat Khan Younis.
Para saksi mata mengatakan kendaraan militer Israel berada di bagian selatan jalan utama utara-selatan di Gaza, “menembakkan peluru dan peluru tank ke mobil dan orang-orang yang mencoba melewati daerah tersebut”. Militer Israel mengeluarkan perintah baru kepada warga Palestina di sekitar 20 wilayah tengah Gaza untuk bergerak lebih jauh ke selatan, dengan memasang peta secara online.
Pilihan Editor: WHO Desak Israel Cabut Perintah Pemindahan Pasokan Medis dari Gudang di Gaza
ANADOLU