TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Belanda menghadapi sebuah gugatan hukum terkait tuduhan atas perannya mengekspor suku cadang jet tempur F-35 ke pasar Israel sehingga membuat Belanda ikut terseret dalam kejahatan perang di Jalur Gaza. Tiga organisasi HAM, di antaranya Dutch arm of Oxfam, melaporkan Belanda ke pengadilan distrik Den Haag dengan klaim Belanda mengekspor spare part pesawat tempur sehingga memungkinkan Israel mengebom Gaza.
“Israel mengabaikan prinsip-prinsip fundamental perang, seperti prinsip yang harus membedakan antara target warga sipil dan militer serta prinsip proporsionalitas dalam pengeboman di Jalur Gaza,” demikian di antara isi gugatan tiga kelompok HAM ke Pemerintah Belanda.
Israel menyangkal melakukan kejahatan perang dan berkeras kalau tentara Israel telah mematuhi hukum internasional saat memerangi kelompok-kelompok bersenjata di area padat penduduknya di Palestina.
“Militer Israel selalu menyerang penduduk sipil dengan sengaja dan sadar tidak pernah membedakan mana warga sipil dan target militer,” kata Zeev Schiff, analis bidang militer Israel.
Belanda adalah rumah bagi sebuah gudang penyimpanan suku cadang F-35 milik Amerika Serikat, yang dari sana dikirim ke mitra-mitra Amerika Serikat yang memiliki F-35, di antaranya Israel. Beberapa pekan setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok Hamas ke wilayah pendudukan Israel, Pemerintah Belanda mengizinkan pengiriman suku cadang untuk jet-jet tempur F-35 Israel.
Kementerian Pertahanan Belanda, yang mengawasi ekspor-ekspor semacam itu, belum mau berkomentar soal gugatan dari tiga kelompok HAM tersebut. Namun dalam sepucuk surat yang dilayangkan ke parlemen pada akhir pekan lalu, bahwa berdasarkan informasi saat ini tidak dapat dipastikan kalau F-35 terlibat dalam kejahatan perang melawan kemanusiaan.
Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap warga Palestina di Gaza setelah kelompok Hamas memimpin sebuah penyerangan ke sejumlah barak militer Israel dan wilayah yang diduduki Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023. Anggota kelompok Hamas melintasi wilayah perbatasan dan menyandera sekitar 240 sandera.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: Jens Stoltenberg Sebut Ukraina Tak Mencetak Kemajuan Apapun
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini