TEMPO.CO, Jakarta - Militer Cina memulai “kegiatan pelatihan tempur” mulai Sabtu, 25 November 2023, di sisi perbatasannya dengan Myanmar, sehari setelah konvoi truk yang membawa barang ke negara tetangga di Asia Tenggara itu terbakar.
Insiden tersebut, yang oleh media pemerintah Myanmar disebut sebagai serangan pemberontak, terjadi di tengah kekhawatiran ketidakamanan di perbatasan dengan Cina, yang utusannya bertemu dengan pejabat tinggi di ibu kota Myanmar untuk melakukan pembicaraan mengenai stabilitas perbatasan setelah adanya tanda-tanda ketegangan yang jarang terjadi dalam hubungan kedua negara.
Pelatihan ini bertujuan untuk “menguji kemampuan manuver cepat, penutupan perbatasan, dan kemampuan serangan,” kata Komando Teater Selatan, salah satu dari lima anggota Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, melalui aplikasi pesan WeChat.
Pernyataan singkat tersebut tidak memberikan rincian waktu atau jumlah pasukan.
Myanmar diberitahu tentang latihan tersebut, kata juru bicara junta militer Zaw Min Tun, seraya menambahkan bahwa latihan bertujuan untuk "menjaga stabilitas dan perdamaian" di dekat perbatasan, dan tidak melemahkan kebijakan Cina yang tidak mencampuri urusan dalam negeri Myanmar.
“Hubungan militer antara Cina dan Myanmar erat dan kolaborasi antara kedua angkatan bersenjata terjalin erat dan terus berkembang,” katanya dalam postingan di media sosial yang dikelola pemerintah.
Kebakaran yang terjadi di kota Muse pada hari Jumat terjadi ketika militer Myanmar telah kehilangan kendali atas beberapa kota dan pos militer di timur laut dan di tempat lain saat mereka memerangi serangan terkoordinasi terbesar yang mereka hadapi sejak merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021.
Meningkatnya pertempuran telah menyebabkan lebih dari 2 juta orang di Myanmar mengungsi, kata PBB.
REUTERS
Pilihan Editor Netanyahu Bersumpah Bebaskan Seluruh Sandera: Itu Tujuan Perang