TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh menangis saat rapat kabinet. Ia menangis karena melihat kondisi masyarakat Gaza yang menyedihkan dalam perang Israel-Palestina. Dalam video yang beredar, terlihat Shtayyeh menangis karena bercerita soal ibu dan anak yang terkubur di Gaza. Berikut profil Shtayyeh.
Dilansir dari middleeasteye.net, Mohammad Ibarahim Shtayyeh lahir di Nablus, Palestina pada 1958. Ia menetap di Nablus sebelum meneruskan kuliah di Birzeit University di Ramallah. Di sana, ia belajar bisnis dan ekonomi. Berpuluh tahun berselang, ia terbang ke Brighton, Inggris untuk mengejar gelar doktor dalam ekonomi pembangunan pada 1989.
Setelah itu, pada awal 90-an, ia sempat bekerja sebagai jurnalis di koran lokal bernama al-Shaab. Mengutip france24.com, Mohammad Shtayyeh adalah bagian dari negosiasi yang dimediasi oleh AS dengan Israel pada tahun 1991.
Pada 1994, ia mulai menarik perhatian dalam dunia politik Palestina dengan mendirikan Dewan Ekonomi Palestina untuk Pembangunan dan Rekonstruksi (PECDAR). PECDAR adalah sebuah lembaga yang berperan dalam merumuskan dan mendorong kebijakan pembangunan untuk Otoritas Palestina.
Di bawah kepemimpinan pemimpin Palestina terdahulu, Yasser Arafat, Shtayyeh mengambil peran penting dalam mengelola aspek administratif dan keuangan di PECDAR, dan akhirnya ia menjadi presiden dari lembaga tersebut.
Selain itu, dia juga mendirikan Institut Nasional Teknologi Informasi sebagai upaya untuk membantu meningkatkan keterampilan masyarakat Palestina serta memenuhi kebutuhan pembangunan Palestina. Selain itu, ia mendirikan Institut Nasional Manajemen, yang bertujuan untuk melatih kader-kader Otoritas Palestina.
Mengutip ecfr.eu, Dalam tingkat politik Palestina, Shtayyeh terpilih sebagai anggota Komite Pusat Fatah pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 memainkan peran penting dalam negosiasi dengan Israel di Washington.
Sebelum itu, sebagai sekretaris jenderal Komisi Pemilihan Palestina, ia melakukan negosiasi dengan Israel dalam persiapan untuk pemilihan presiden dan legislatif tahun 1996, yang merupakan pemilihan pertama sejak Perjanjian Oslo pada 1993.
Dikutip dari middleeasteye.net, Dia juga menjadi kepala delegasi Palestina dalam negosiasi multilateral mengenai kerja sama ekonomi regional (REDWG), yang mencakup perdagangan, keuangan, infrastruktur, dan pariwisata di Timur Tengah.
Sejak 1993 hingga 2004, Shtayyeh juga menjadi anggota Komite Pemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dari Komite Teknis di Yerusalem. Shtayyeh juga seorang penulis yang produktif. Ia telah menulis 30 buku dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pada 10 Maret 2019, Mohammad Shtayyeh ditunjuk sebagai PM Palestina menggantikan Rami Hamdallah.
Pilihan Editor: Sebanyak 4.000 Lebih Anak-anak Gaza Tewas Akibat Serangan Israel