TEMPO.CO, Jakarta - Evakuasi warga Gaza dan pemegang paspor asing yang terluka melalui penyeberangan Rafah ke Mesir telah ditangguhkan sejak Sabtu, 4 November 2023, namun para pejabat Mesir, AS, dan Qatar mengatakan ada upaya untuk melanjutkannya.
Evakuasi dihentikan setelah serangan Israel pada Jumat terhadap ambulans di Gaza yang digunakan untuk mengangkut orang-orang yang terluka, kata sumber resmi Mesir. Militer Israel mengatakan, tanpa menunjukkan bukti, kendaraan tersebut membawa militan Hamas.
Penyeberangan Rafah ke semenanjung Sinai Mesir adalah satu-satunya pintu keluar dari Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel. Truk bantuan masih bisa melakukan perjalanan ke wilayah tersebut, kata dua sumber Mesir.
“Kami yakin itu akan (dibuka) sore ini,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya.
Evakuasi dimulai pada Rabu berdasarkan kesepakatan yang ditengahi secara internasional yang bertujuan untuk membiarkan beberapa pemegang paspor asing, tanggungan mereka dan beberapa warga Gaza yang terluka keluar dari wilayah tersebut. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, otoritas perbatasan Gaza pada Minggu tidak mempublikasikan daftar pemegang paspor asing dan tanggungan mereka yang disetujui.
Ratusan orang telah dievakuasi melalui koordinasi dengan negara asal mereka, bersama dengan puluhan warga Gaza yang terluka dan menerima bantuan medis di rumah sakit di Sinai.
Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa sisi perbatasan Mesir terbuka seperti biasa bagi setiap pengungsi, namun penyeberangan ditangguhkan karena pengeboman di Gaza. Mesir melakukan “upaya sungguh-sungguh” untuk melanjutkan aktivitas, kata pejabat itu.
Diplomat Amerika mengatakan ada “banyak pekerjaan” untuk membuka kembali penyeberangan selama 24 jam terakhir dan berpikir masalahnya akan teratasi.
“Hamas mengajukan tuntutan tambahan dan setiap kali hal itu terjadi, setiap kali salah satu pihak mengajukan tuntutan, Anda harus bekerja sama dengan pihak lain untuk menanggapinya,” kata diplomat AS tersebut.
Qatar, yang berperan besar dalam memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan pembebasan sandera, mengatakan pihaknya juga mendorong untuk melanjutkan penyeberangan tetapi tidak ada batas waktu yang ditentukan.
“Pengeboman rumah sakit dan pengeboman ambulans, yang merupakan bagian dari perjanjian konvoi ambulans untuk memindahkan pasien keluar dari bahaya, tentu saja tidak membantu,” kata Majed Al Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar dalam sebuah pengarahan mengenai hal tersebut, Minggu.
“Kami mendesak semua pihak, terutama tentara pendudukan untuk memastikan bahwa ada rute yang aman dan bahwa kesepakatan yang telah dicapai dihormati,” tambahnya.
Sekretaris Jenderal PBB dan badan-badan bantuan yang bekerja di Gaza mengutuk serangan udara Israel terhadap ambulans pada hari Jumat.
Kementerian Kesehatan, direktur rumah sakit dan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina di daerah kantong yang dikuasai Hamas mengatakan serangan Israel menargetkan konvoi ambulans yang mengevakuasi orang-orang yang terluka dari wilayah utara Gaza yang terkepung.
REUTERS
Pilihan Editor: Perang dengan Hamas, Israel Diperkirakan Bakal Menghabiskan Dana di Atas Rp 795 T